China Dituding Terus Berusaha Hapus Identitas Budaya Tibet
JAKARTA - Partai Komunis China (PKC) telah lama dituduh melakukan langkah sistematis di Tibet, yang menargetkan tatanan budaya, agama, dan sosial di wilayah tersebut. Orang-orang Tibet, yang dikenal karena tradisi Buddha yang mengakar kuat dan identitas budaya yang unik, telah menghadapi upaya gencar dari PKC untuk mengikis warisan dan mengasimilasi mereka ke dalam kerangka kerja komunis China yang lebih luas.
Dikatakan bahwa salah satu aspek paling mengkhawatirkan dari kebijakan PKC di Tibet adalah penindasan yang ditargetkan terhadap pendidikan Buddha, dimana biara-biara yang secara historis berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan pertumbuhan spiritual dibongkar secara sistematis dibongkar, sebagai tempat pendidikan bagi anak-anak Tibet, demikian dilansir The Hong Kong Post, Minggu, (13/4/2025).
PKC dikatakan telah menerapkan langkah-langkah untuk mencegah anak-anak menghadiri biara-biara ini, merampas kesempatan mereka untuk belajar tentang warisan agama dan budaya mereka sendiri.
955.923 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek hingga H-5 Lebaran, Terbanyak Menuju Trans Jawa dan Bandung
Orang tua di Tibet dilaporkan sering kali dipaksa melalui intimidasi dan ancaman, yang memaksa mereka untuk menjauhkan anak-anak mereka dari ajaran Buddha. Strategi yang disengaja ini tidak hanya merusak fondasi spiritual masyarakat Tibet, tetapi juga bertujuan memutus transmisi nilai-nilai dan praktik Buddha antargenerasi.
Tindakan PKC melampaui penindasan pendidikan agama. Partai tersebut secara aktif berupaya melemahkan komunitas Tibet dengan memukimkan kembali sejumlah besar warga Han di wilayah tersebut.
Rekayasa demografi ini dirancang mengecilkan populasi Tibet, menjadikan mereka minoritas di tanah air mereka sendiri. Masuknya warga Han telah menyebabkan perubahan budaya dan sosial yang signifikan, dengan tradisi dan bahasa Tibet yang dibayangi budaya Han yang dominan. Pergeseran demografi ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengasimilasi Tibet ke dalam identitas komunis China, menghapus kekhasannya, dan mengurangi pengaruh budaya Tibet.
Pemukiman kembali warga Han di Tibet disertai dengan kebijakan ekonomi yang semakin meminggirkan orang-orang Tibet. Bisnis milik orang Tibet sering kali kesulitan bersaing dengan perusahaan milik orang Han, yang menerima perlakuan istimewa dari pemerintah.
Kecaman Internasional
Proyek infrastruktur, meski disebut-sebut sebagai inisiatif pembangunan, sering kali dirancang untuk menguntungkan pemukim Han daripada penduduk Tibet setempat. Kebijakan-kebijakan ini memperburuk kesenjangan ekonomi dan berkontribusi pada erosi otonomi dan kemandirian Tibet.
Selain langkah-langkah ini, PKC telah menerapkan mekanisme pengawasan dan kontrol ketat di Tibet. Biara-biara, sekolah-sekolah, dan komunitas-komunitas Tibet diawasi secara ketat, dengan pihak berwenang menindak tegas setiap tanda-tanda perbedaan pendapat atau perlawanan.
Pengawasan yang meluas ini menciptakan suasana ketakutan dan ketidakpercayaan, yang menghambat kemampuan orang-orang Tibet untuk mengekspresikan identitas budaya dan agama mereka secara bebas. Aktivis dan pemimpin komunitas yang menentang kebijakan-kebijakan PKC sering kali menghadapi hukuman penjara, penyiksaan, atau bentuk-bentuk penganiayaan lainnya, yang semakin membungkam suara-suara perlawanan.
Tindakan PKC di Tibet telah menuai kecaman luas dari komunitas internasional. Organisasi-organisasi hak asasi manusia telah mendokumentasikan banyak contoh pelanggaran, termasuk penangkapan sewenang-wenang, penghilangan paksa, dan pembatasan kebebasan bergerak dan berekspresi.
Meski demikian, PKC terus membenarkan kebijakan-kebijakannya di Tibet sebagai upaya mempromosikan stabilitas dan pembangunan. Namun, narasi ini gagal mengakui dampak yang menghancurkan dari kebijakan-kebijakan ini terhadap orang-orang Tibet dan warisan budaya mereka.
Terkikisnya ajaran Buddha Tibet sangat memprihatinkan, karena hal ini merupakan serangan terhadap fondasi spiritual masyarakat Tibet. Agama Buddha telah menjadi landasan identitas Tibet selama berabad-abad, membentuk nilai-nilai, tradisi, dan cara hidup di wilayah tersebut.
Melindungi Warisan Budaya Tibet
Upaya PKC untuk menekan pendidikan dan praktik Buddha mengancam akan memutuskan hubungan antara masyarakat Tibet dan warisan spiritual mereka, sehingga meninggalkan kekosongan yang tidak dapat dengan mudah diisi.
Masyarakat internasional memiliki peran penting untuk menangani kekejaman yang dilakukan PKC di Tibet. Pemerintah, organisasi, dan individu harus terus mengadvokasi hak-hak masyarakat Tibet, meningkatkan kesadaran akan penderitaan mereka, dan menekan PKC untuk mengakhiri kebijakannya yang menindas.
Mendukung lembaga budaya dan agama Tibet, baik di dalam maupun di luar Tibet, sangat penting untuk melestarikan warisan unik wilayah tersebut dan memastikan bahwa generasi mendatang dapat terus memeluk identitas mereka.
Tindakan PKC di Tibet merupakan upaya sistematis untuk menekan identitas budaya, agama, dan sosial di wilayah tersebut. Dengan menargetkan pendidikan Buddha, mengintimidasi keluarga, memukimkan kembali warga Tionghoa Han, dan menerapkan langkah-langkah pengawasan ketat, PKC bertujuan untuk mengasimilasi Tibet ke dalam kerangka kerja komunis China yang lebih luas.
Kebijakan-kebijakan ini tidak hanya merusak hak dan kebebasan orang-orang Tibet, tetapi juga mengancam pelestarian warisan unik mereka. Sangat penting bagi masyarakat internasional untuk terus berdiri dalam solidaritas dengan Tibet, mengadvokasi keadilan dan perlindungan warisan budaya serta spiritualnya.