Perbedaan Pola Penyebaran Islam Pesantren Sunan Ampel dan Sunan Giri
MALANG - Islamisasi di Nusantara ternyata tak bisa dilepaskan dari pengaruh Wali Songo dan dua pondok pesantren (Ponpes) tuanya. Sunan Ampel atau Maulana Malik Ibrahim mendirikan Ponpes yang kini masuk Surabaya, di daerah Ampel. Sedangkan satu pondok pesantren lainnya didirikan oleh Sunan Giri, yang ada di Gresik, tak jauh dari wilayah Surabaya.
Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM), Najib Jauhari menyatakan, peran dua pondok pesantren ini memang cukup vital bagi perkembangan Islam tak hanya di Pulau Jawa saja, tapi juga di luar Jawa. Pesantren yang didirikan Sunan Ampel atau Maulana Malik Ibrahim misalnya menghasilkan beberapa santri terkemuka, termasuk ada Wali Songo yang menimba ilmu dari Suman Ampel.
"Kalau Maulana Malik Ibrahim itu masih periode awal islamisasi di Jawa. Beliau termasuk saudagar yang berinteraksi dengan sebagian orang melalui aktivitas jual beli, sehingga dia tertarik masuk Islam," ucap Najib Jauhari, dikonfirmasi.
Breaking News! Hasil Sidang Isbat : Pemerintah Tetapkan Idul Fitri 1446 H Jatuh pada 31 Maret 2025
Dari perdagangan itu kemudian Islam berkembang melalui jalur pendidikan dan kebudayaan. Di jalur pendidikan misalnya, kehadiran beberapa pondok pesantren tua di Jawa membawa dampak positif bagi proses islamisasi di Nusantara kala itu.
"Pengaruh terluas dan paling efektif tentu dengan pendidikan dan kebudayaan, salah satunya melalui pesantren. Jadi kalau dianalisis Pesantren tertuanya Ampeldento, Surabaya, sehingga melahirkan itu penyebarannya merata," ungkap dia kembali.
Selain Ampeldento, pesantren yang didirikan oleh Sunan Ampel, Sunan Giri di Gresik, melalui pondok pesantren Giri Kedaton-nya juga menjadi napas baru persebaran Islam di Pulau Jawa dan beberapa pulau lainnya. Tapi diakuinya, pola persebaran Islam dari dua pesantren ini berbeda.
"(Ponpes) Ampel itu tidak seperti Giri Gresik, Giri itu pesantren politik. Jadi persebaran Islamnya melalui jalur politik, Suman Giri atua Raden Paku ini jaringannya jaringan politik, dengan persebaran Islam di Kesultanan Ternate, Tidore, Bugis, Nusa Tenggara Barat," ungkap pria dosen Sejarah di UM ini.
Tipe inilah yang membuat pola persebaran Islam dari Giri Kedaton, yang dibuat Sunan Giri lebih menyasar kepada kaum bangsawan dan pejabat - pejabat atas pemerintahan. Sedangkan pola persebaran Islam dari pesantren Ampel memilih dari bawah mengutamakan kekuatan grassroot atau kalangan ke bawah.
"Kalau Ampel itu bisa turun ke grassroot, persebarannya ke rakyat-rakyat di bawah, kalau Giri itu kelompok bangsawan atau kesultanan. Makanya Wali Songo itu istilahnya saling melengkapi," tuturnya.
Kuatnya pengaruh Giri di beberapa kesultanan di timur Indonesia membuat para sultan dan kaum bangsawan kerap kali meminta restu atau izin ke Giri Kedaton, atau Gresik sampai sekarang.
"Jadi (Giri Kedaton) itu seperti jaringan paus (di agama katolik), tapi jaringannya hanya kelompok bangsawan atau kesultanan, tidak bisa turun ke bawah, makanya istilahnya Wali songo ini saling melengkapi," pungkasnya.