SMK dan LKP Mempersiapkan Kematangan Bekerja di Luar Negeri
JAKARTA - Harapan akan kesejahteraan hidup, memperbaiki perekonomian keluarga, melanjutkan pendidikan, bahkan keinginan melihat dunia luar menjadi motivasi banyak masyarakat Indonesia mencoba peruntungan menjadi pekerja migran.
Pertumbuhan sektor ini dibuktikan dengan pertumbuhan positif penempatan pekerja migran. Pertumbuhan positif ini tentunya didorong oleh permintaan tenaga kerja profesional dari luar negeri cukup tinggi.
Namun, bekerja di luar negeri tidak semudah yang dibayangkan. Butuh proses panjang dan persiapan matang, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan kompetensi diri, proses pemberangkatan, hingga penempatan.
Salah satu lembaga yang menjadi rujukan masyarakat untuk menambah bekal kompetensi tersebut adalah lembaga kursus dan pelatihan (LKP). Lembaga ini berfokus mengasah keterampilan hard skills maupun soft skills peserta kursus dan pelatihan untuk bekerja di luar negeri dalam berbagai bidang keahlian.
Meskipun status LKP sebagai pendidikan nonformal, lembaga ini telah berkontribusi membekali diri banyak pekerja migran dan mengantar mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan berkarir di luar negeri.
Tuntutan untuk mengantarkan harapan banyak orang ini membuat banyak LKP berupaya terus mengambangkan perangkat pendidikan mereka, termasuk kurikulum.
Salah satunya adalah LKP Citra. LKP dari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah ini telah mengantarkan ratusan pekerja migran tiap tahunnya ke negara Jepang dan Taiwan dengan fokus keterampilan sebagai caregiver.
Kepala LKP Citra Siti Komariyatun mengungkapkan bahwa mempersiapkan diri secara matang calon pekerja migran adalah keharusan dari tugas LKP. Ia juga mengungkapkan bahwa menjadikan lembaga bentukannya tersebut bisa unggul dalam menghadirkan sumber daya manusia (SDM) berkompeten.
Kesadaran Siti berawal dari pengalaman empat tahun bekerja sebagai caregiver di Taiwan, Siti jadi tahu betul bahwa profesi ini juga membutuhkan kesiapan mental dan emosional, termasuk kedisiplinan dan mindset yang kuat.
Ini dikarenakan tugas caregiver bukan sebagai tenaga kesehatan, melainkan perawat lansia, atau pasien dengan kebutuhan khusus. Siti menyadari bahwa tuntutan dunia pekerjaan caregiver saat ini harus sesuai dengan tuntutan industri.
Maka dari itu, LKP Citra sebagai lembaga kursus yang fokus menghadirkan profesi caregiver pun mencoba mencoba berbagai variabel peningkatan mutu lembaga, mulai dari penyesuain kurikulum standar kompetensi lulusan (SKL) sampai menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
“Fokus utama kami adalah pengembangan kurikulum, instruktur, pengelola, dan kerja sama DUDI. Untuk meningkatkan SDM, kita tidak hanya visi saja, tetapi kita berharap siswa yang awalnya dari nol menjadi berkembang,” ucap Siti karena melihat peluang kebutuhan masyarakat untuk caregiver semakin meningkat.
LKP Citra memandang instruktur sebagai salah satu instrumen dan persyaratan penting untuk memperkuat pemberian materi kurikulum. Lembaga ini mewajibkan instruktur mereka minimal mempunyai pengalaman kerja tiga tahun di luar negeri.
Sertifikat teknis dan metodologi (cara mengajar, pretest, pembukaan, dan evaluasi) instruktur di tempat kerja dipandang sebagai syarat utama. “Instruktur adalah jantungnya untuk mencapai kurikulum yang diinginkan,” kata Siti.
SMK Persiapkan Kompetensi Lulusan
Memiliki fokus yang sama dengan lembaga kursus dan pelatihan,Sekolah menengah kejuruan (SMK) juga merupakan salah satu satuan pendidikan yang memberikan banyak peluang bagi masyarakat Indonesia bekerja di luar negeri.
Hal tersebut diungkapkan Kepala SMKN 2 Subang Deden Suryanto yang mengatakan bahwa peluang kerja sama antara SMK dengan industri internasional semakin terbuka lebar. Dorongan untuk menghadirkan lulusan yang memiliki kompetensi berdaya saing global kemudian membuat ia dan tim menerapkan pembelajaran yang membina hard skills dan soft skills.
Deden menyampaikan, SMKN 2 Subang sejak 2005 telah memberangkatkan lulusan ke luar negeri. Total ada lebih dari 500 alumni yang sudah di Jepang, 200 di Korea, dan di beberapa negara lain.
Lulusan yang mendapatkan pekerjaan di luar negeri juga berangkat dengan ragam kompetensi, seperti rekayasa perangkat lunak, teknik pengendalian industri, pengolahan makanan, perikanan, dan lain-lain.
Senada dengan Deden, Kepala SMK Muhammadiyah Pelayaran Tuban, Jawa Timur, Suyanto, juga mengungkapkan bahwa ada banyak persiapan yang harus dilakukan agar muridnya siap bekerja di luar negeri.
Salah satunya adalah praktik kerja lapangan (PKL). Ia juga mengatakan pentingnya untuk menopang kesiapan diri 23 murid, termasuk kesiapan karakter, mental, dan disiplin.
"Tentang pendidikan karakter, kami ada nama program pembentukan karakter yang bekerja sama Komando Rayon Militer (Koramil) setempat untuk melatih disiplin dan mental, di laut harus pantang menyerah menghadapi ombak," tutur Suyanto.
Ia juga mengatakan, setelah pembelajaran tentang kelautan, di Kelas X siswa diberikan pembelajaran bahasa Jepang, termasuk pendalaman terkait kebudayaannya.
"Murid Kelas XI kita sudah bawa untuk PKL. Biasanya 8 bulan, tetapi kami sesuaikan dengan kurikulum jadi 6 bulan. Sebab bagi industri di Jepang, praktik itu penting dan biasanya mereka juga akan melihat durasi bulannya," ucapnya terkait upaya untuk mempersiapkan muridnya siap bekerja.
Masa Depan Tenaga Kerja Migran Profesional Lulusan Vokasi
Tingginya peluang kerja di luar negeri tersebut ditangkap sebagai hal strategis oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Berkolaborasi dengan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) dan KP2MI, Kemendikdasmen berkomitmen bersama-sama menyiapkan tenaga kerja migran yang kompeten, terampil, dan berdaya saing global untuk mengisi pasar tenaga kerja global.
Saat ditemui di Jakarta (24/3), Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengatakan bahwa kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi serta memperkuat keterhubungan ekosistem pendidikan, dunia industri, dan dunia kerja.
Lebih lanjut, Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa kerja sama ini juga sebagai bentuk dukungan Kemendikdasmen terhadap sektor tenaga kerja migran yang selama ini menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia.
Kerja sama ini akan mendorong penyiapan SDM lulusan vokasi yang kompeten dan berdaya saing global, serta membuka kesempatan yang lebih luas bagi lulusan vokasi untuk bekerja sebagai pekerja migran Indonesia yang profesional.
Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian juga menyambut baik kolaborasi tiga kementerian ini. Menurutnya, kolaborasi ini tidak hanya menciptakan sebuah ekosistem pendidikan vokasi yang kuat, tetapi juga memberikan kesempatan yang luas bagi lulusan vokasi untuk bekerja maupun magang di luar negeri.
“Mereka (lulusan vokasi yang bekerja/magang) di luar negeri diharapkan dapat mempercepat pembangunan dan perekonomian di Indonesia dengan pengalaman yang mereka dapatkan selama di luar negeri,” kata Hetifah.