Kenapa Bus Tak Matikan Mesin saat di Rest Area?
JAKARTA - Mesin bus seringkali tetap menyalakan meski kendaraan telah cukup lama berhenti melaju. Ada beberapa alasan teknis dan kenyamanan yang mendasari tindakan ini. Hal ini dilakukan untuk tetap nyaman bagi penumpang bus dan mengoptimalkan kinerja kendaraan.
Sebagian orang mungkin menganggap kebiasaan ini tidak efektif dan hanya membuang bahan bakar. Namun, keputusan untuk tetap menyalakan mesin saat berhenti adalah keputusan teknis yang penting bagi pengemudi dan operator bus.
Banyak hal yang harus diperhitungkan agar bus tetap dalam kondisi terbaik sepanjang perjalanan, seperti menjaga stabilitas suhu mesin, mendukung sistem kelistrikan, dan membuat kabin nyaman.
Lantas apa alasan bus tidak matikan mesin saat di rest area? Berikut sejumlah alasannya, sebagaimana dihimpun Okezone:
1. Kinerja dan Perawatan Mesin Diesel Turbo
Banyak bus modern memiliki mesin diesel dengan turbocharger, komponen yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan pelumasan. Mematikan mesin secara mendadak dapat menyebabkan oli berhenti bersirkulasi, yang menghentikan pelumasan turbo dan mengakibatkan kerusakan.
Akibatnya, mesin bus biasanya dibiarkan menyala untuk menjaga sirkulasi oli dan suhu kerja yang ideal.
2. Kenyamanan Penumpang
Saat bus berhenti di rest area, tidak semua penumpang turun. Untuk tetap nyaman, sistem pendingin udara (AC) harus tetap beroperasi, yang berarti mesin harus tetap menyala.
Selain itu, diperlukan waktu sekitar 15 hingga 30 menit setelah mesin dimatikan dan dinyalakan kembali untuk mendinginkan kabin hingga suhu yang nyaman.
3. Sistem Rem Udara
Sebagian besar bus menggunakan sistem rem udara, yang berarti bahwa ada kompresor yang digerakkan oleh mesin untuk menghasilkan tekanan udara. Jika mesin dimatikan, tekanan udara dalam sistem rem dapat berkurang, yang dapat mempengaruhi kinerja rem bus saat kembali berjalan.
4. Kinerja Mesin dan Efisiensi Bahan Bakar
Mesin diesel lebih efisien pada suhu kerja tertentu. Mematikan mesin dalam waktu singkat dapat menyebabkan suhu mesin turun, sehingga mesin memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai suhu idealnya saat dinyalakan kembali, yang berdampak pada efisiensi bahan bakar dan kinerja mesin secara keseluruhan.