Bolehkah Pasien Gagal Ginjal Melakukan Perjalanan Mudik? Ini Tips dari Dokter
Mudik bagi pasien dialisis atau penderita gagal ginjal bisa saja dilakukan, namun tetap perlu perencanaan yang matang agar perjalanan tetap aman dan nyaman.
Seperti diketahui, pasien dialisis adalah individu yang menjalani terapi cuci darah (dialisis) karena ginjal mereka tidak lagi berfungsi dengan baik dalam menyaring limbah dan kelebihan cairan dari tubuh.
Dialisis biasanya diperlukan bagi penderita gagal ginjal kronis stadium akhir (stadium 5) atau kondisi gagal ginjal akut tertentu yang menghambat fungsi ginjal secara mendadak.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Donnie Lumban Gaol mengatakan, mudik bagi pasien dialisis memerlukan persiapan khusus agar perjalanan tetap aman dan nyaman.
“Intinya harus bijaksana, dalam mengendalikan asupan cairan dan mengendalikan asupan karbohidrat ataupun tinggi protein,” ujar dr. Donnie, saat diwawancara di Mayapada Hospital, Jakarta Selatan baru-baru ini.
Mengenal Alice Keppel Leluhur Ratu Camilla yang Jadi Selingkuhan Kakek Buyut Raja Charles III
“Jadi intinya dalam perjalanan, terutama untuk pasien-pasien cuci darah, selalu hindari minum yang terlalu banyak, kemudian asupan garam yang terlalu banyak, karena itu akan menimbulkan haus,” lanjutnya.
dr. Donnie melanjutkan, pasien dialisis juga harus memastikan bahwa kondisi mereka stabil sebelum berangkat. Jika menjalani hemodialisis, cari rumah sakit atau klinik dialisis di tempat tujuan dan buat janji lebih awal.
“Kemudian tau lokasi di mana tempat cuci darah terdekat, kalau ada emergency, harus dijaga. Untuk pasien yang belum menjadi dialisis, atau pasien yang dekat dengan dialiasis, maka harus menjaga supaya tetap mengendalikan gula darah dan juga ya kembali lagi, ukur tekanan darah kalau memang bisa di rumah atau tempat yang dituju,” bebernya lagi.
“Kalau memang terjadwal (cuci darah) dia harus terus sesuai dengan jadwalnya dia. Kadang-kadang ada pasien yang dia mendapatkan jadwal di tempat lain, dia izin dari kita, kita bikin surat, dan komunikasi bahwa ini adalah pasien dialisis atau cuci darah. Tidak boleh berhenti, karena itu akan nyawanya akan menjadi bahaya,” sambungnya.
Kasus Penyakit Ginjal Kronis Meningkat di Indonesia
Sebagai informasi, penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi PGK mencapai 0,38 persen dari total populasi, yang setara dengan sekitar 713.783 orang.
Selain itu, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami penyakit ginjal, termasuk di usia muda.
Data Indonesian Renal Registry (IRR) juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dari 21.759 pada tahun 2013 menjadi 52.835 pada tahun 2016.
Hari Ginjal Sedunia
Baru-baru ini, dunia memperingati Hari Ginjal Sedunia atau WKD (World Kidney Day) 2025. Di Indonesia, salah satu peringatan WKD diadakan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usahanya, PT Finusolprima Farma Internasional. Beragam rangkaian acara diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal.
Salah satunya, Kalbe mengajak masyarakat melakukan deteksi dini penyakit ginjal. Selain itu, Kalbe juga melakukan edukasi kesehatan terkait pengobatan hingga pencegahan penyakit ginjal.
“Kegiatan WKD tahun ini merupakan salah satu inisiatif dari PT Finusolprima Farma Internasional melalui Tim Medikal Nutrience, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih aware terhadap deteksi dini penyakit ginjal,” ujar Group Marketing Head PT Finusolprima Farma Internasional, dr. Siswandi.
“Kegiatan ini sejalan dengan inisiatif keberlanjutan Kalbe, Bersama Sehatkan Bangsa. Dengan tema WKD 2025, Are Your Kidneys OK? Detect Early, Protect Kidney Health, menekankan pentingnya deteksi dini untuk menjaga kesehatan ginjal dan mencegah Penyakit Ginjal Kronik (PGK),” tutupnya.
Sejumlah kegiatan yang dilakukan, salah satunya edukasi office to office (sreening pemeriksaan ureum & kreatinin bagi karyawan). Kalbe terus berinovasi dalam perawatan pasien untuk meningkatkan kesejahteraan pasien ginjal, apalagi angka kasus kematian akibat gagal ginjal kronis masih tinggi dan terus meningkat.
Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2020 terdapat 254.028 kasus kematian akibat gagal ginjal kronis.
Pada tahun 2021, jumlah kasus mencapai lebih dari 843,6 juta, dan diperkirakan angka kematian akibat gagal ginjal kronis akan meningkat sebesar 41,5 persen pada tahun 2040.
Prevalensi pasien ginjal kronis secara global diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen dari populasi umum di seluruh dunia, dengan jumlah penderita sekitar 843,6 juta jiwa.