Cara Mahasiswa Hindari Academic Burnout di Tengah Tuntutan Kuliah dan Organisasi

Cara Mahasiswa Hindari Academic Burnout di Tengah Tuntutan Kuliah dan Organisasi

Terkini | okezone | Senin, 27 Januari 2025 - 13:23
share

JAKARTA - Mahasiswa memiliki tuntutan-tuntutan yang perlu dipenuhi selama perkuliahan. Tuntutan tersebut ditemui dalam konteks kegiatan akademik, seperti pemahaman akan materi-materi pelajaran, pengerjaan tugas, ujian, adaptasi dalam proses pembelajaran hingga interaksi sesama mahasiswa. 

Tidak hanya itu, mahasiswa juga memiliki tuntutan dalam kegiatan non akademis, seperti keterlibatan dalam organisasi, tanggung jawab sebagai pemimpin dalam sebuah kegiatan/organisasi, bahkan bekerja paruh waktu bagi beberapa mahasiswa. 

Dengan berbagai tuntutan yang ada, mahasiswa rentan merasakan kelelahan dan stres yang turut mengganggu kesehatan mentalnya. Situasi ini memungkinkan mahasiswamengalami burnout, terutama academic burnout.

Menurut Maslach dan Goldberg (1998), burnout dijelaskan sebagai sindrom psikologis yang dapat dilihat dari adanya kelelahan emosional, depersonalisasi, dan juga berkurangnya pencapaian pribadi. Mereka yang mengalami burnout merasa sangat kelelahan secara emosional dan kehabisan sumber tenaga tanpa dapat mengisi kembali sumber tenaganya tersebut. 

Akibatnya, mereka tidak memiliki energi untuk menghadapi tugas-tugas yang harus dikerjakannya. Mereka juga bersikap tidak peduli dan memiliki tanggapan negatif terhadap orang lain. Kondisi burnout juga dapat berdampak pada menurunnya prestasi sebagai konsekuensi dari penurunan rasa kompetensi serta produktivitas. Hal ini dapat membuat rasa percaya diri menjadi menurun sehingga tidak mampu mengatasi tuntutan pekerjaan. Lebih jauh, keadaan dapat memburuk apabila tidak tersedia dukungan sosial dari sekitarnya.

Pada konteks perkuliahan, burnout yang paling umum dialami mahasiswa adalah academic burnout, yaitu kelelahan yang dirasakan oleh mahasiswa sehingga dapat menyebabkan efek negatif yang berdampak secara signifikan pada pembelajaran akademis mereka (Lin & Huang, 2014). Kelelahan ini penting untuk dikaji lebih dalam karena dapat menjadi kunci untuk memahami perilaku mahasiswa selama menjalani studi.

 Selain itu, kelelahan ini juga dapat memengaruhi hubungan mereka dengan lingkungan di sekitarnya, seperti dengan institusi, sesama mahasiswa, dosen, serta orang lain, baik saat ini maupun di masa mendatang.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi academic burnout, di antaranya adalah jenjang pendidikan yang semakin tinggi sehingga tuntutan pencapaian akademik menjadi semakin tinggi pula, adaptasi perkuliahan yang belum berjalan lancar, banyaknya tuntutan akademik, serta ketidakpuasan dengan sistem perkuliahan, baik yang berhubungan dengan mata kuliah, dosen, serta metode pembelajaran. 

Selain itu, tuntutan pada aspek kehidupan lain selain perkuliahan seperti memenuhi kebutuhan finansial dan aktivitas organisasi, kurangnya waktu beristirahat, manajemen waktu yang belum optimal, konflik dalam pertemanan, serta pengalaman berhasil yang masih terbilang minim juga dapat memicu kelelahan akademis yang dirasakan oleh mahasiswa. 

Berdasarkan hal tersebut pula, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk dapat mengatasi kondisi academic burnout:

1. Sadari emosi yang dimiliki

Usahakan untuk menyadari emosi yang dimiliki pada saat rasa lelah muncul, seperti rasa takut, cemas, ataupun marah. Kemudian, refleksikan apa yang terjadi dan pahami pesan apa yang hendak dibawa oleh emosi tersebut.

2. Pahami deskripsi dan tuntutan tugas

Pelajari detail tugas, tuntutan yang harus dilakukan, kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikannya, termasuk durasi pengerjaannya. Hal itu akan membantu untuk dapat mempersiapkan diri dalam merencanakan dan memulai pengerjaan sebuah tugas.

 

3. Cari cara pemecahan masalah yang berbeda.

Ketika menemui masalah saat memahami sebuah materi atau mengerjakan tugas, gunakan perspektif yang berbeda. Cobalah gaya belajar atau strategi berbeda yang mungkin lebih cocok dalam pembelajaran. Selain itu, coba melihat tujuan baru ketika mengerjakan tugas, termasuk di dalamnya menyesuaikan harapan yang dimiliki.

4. Atur aktivitas

Pilihlah aktivitas yang selaras dengan tujuan yang dicapai saat berkuliah dan berkarier kelak. Membuat skala prioritas juga dibutuhkan agar manajemen waktu lebih baik sehingga aktivitas dapat berjalan lebih efektif serta efisien.

5. Peroleh dukungan dari lingkungan

Gunakan waktu untuk berdiskusi dengan teman mengenai tugas yang, carilah umpan balik dari mereka agar dapat mengerjakan tugas lebih baik di kemudian hari. Selain itu, berinisiatif untuk meminta bimbingan dari dosen bila menemui kendala. Jika memang cukup mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk mencari pertolongan dari profesional.

6. Beri waktu untuk beristirahat

Pastikan memberikan waktu bagi diri sendiri untuk mengembalikan tenaga yang terpakai. Cari keseimbangan waktu antara bekerja dan beristirahat. Jangan lupa makan sehat dan olahraga cukup. Kegiatan relaksasi, seperti hobi dan hiburan, juga dapat dilakukan.

7. Apresiasi diri sendiri

Jangan lupa pula untuk memberikan penghargaan maupun pujian kepada diri sendiri apabila telah berhasil menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan. 

Penulis: Pratiwi Widyasari, M.Psi., Psikolog dan Amanda Nurshadrina, M.Psi., Psikolog

Topik Menarik