Gadis Cantik Mau Jadi Pekerja Kopi Cetol, Kemiskinan dan Putus Sekolah Alasannya
MALANG - Desakan ekonomi yang membuat anak di bawah umur terpaksa menjadi pekerja kopi cetol di area Pasar Gondanglegi, Malang. Tercatat ada 7 pekerja anak yang terpaksa menjadi pelayan warung kopi plus-plus, atau istilahnya kopi cetol di Malang.
Kasatreskrim Polres Malang AKP Muhammad Nur mengungkapkan, ada 7 pelayan anak dar? 32 pekerja warung kopi cetol yang diamankan pada razia Sabtu 4 Januari 2025. Anak yang jadi pelayan kopi cetol berinisial VO (14) asal Wagir, RPH (16) asal Sukun, Kota Malang, PR (14) asal Wonosari, RL (16) Asal Pagak, MAF (15) asal Wajak, serta PAA (15) dan MR (17) asal Dampit , Kabupaten Malang, Wagir, Kabupaten Malang.
"Kita temukan beberapa korban yang di bawah umur, maka lakukan kita lakukan proses penyelidikan dan penyidikan, bahwasannya kita temukan pengembangan dari kasus tersebut 6 tersangka yang memiliki warung kopi cetol di Pasar Gondanglegi," ucap Muhammad Nur, di Mapolres Malang, Senin sore (20/1/2025).
1. Rata-Rata Putus Sekolah
M. Nur menambahkan, selain membuka usaha di area sekitar Pasar Gondanglegi, Malang, pelaku juga membuka usaha warung kopi cetol di sekitar rumahnya masing-masing. Di mana para korbannya mayoritas dibujuk rayu dengan iming-iming mendapat uang, karena desakan ekonomi.
"Mayoritas memang dari keluarga kurang mampu dan anak-anak ini putus sekolah," kata mantan Kasatreskrim Polres Tulungagung ini.
Sementara itu, Pekerja Sosial Kementerian Sosial (Kemensos) Faroha menyampaikan, bahwa pihaknya baru menganalisis satu dar? 7 anak yang jadi korban perdagangan manusia. Satu anak itu terlihat trauma psikis, apalagi saat proses razia itu menjadi perbincangan dan viral di media sosial (medsos).
"Kami memang belum asesmen semuanya, tapi memang ada yang trauma, jadi anaknya kami belum ketemu semua, cuma baru 1 orang, memang kondisinya ketakutan karena di bawah umur. Itu kan terkenal juga, karena kan ada postingan mentalnya kena," ucap Faroha, usai mendampingi korban anak.
2. Keluarga Tidak Mampu
Menurutnya, anak-anak yang jadi pelayan warung kopi cetol itu mayoritas datang dar? keluarga tidak mampu. Dimana satu orang yang sempat diasesmen pekerja sosial Kemensos, ayahnya bekerja sebagai serabutan dengan penghasilan tidak menentu per harinya. Desakan ekonomi itu membuatnya bekerja sebagai pelayan warung kopi.
"Awalnya kerja dibilangin di warung kopi, (ada unsur asusilanya) nggak tahu, ternyata di dalamnya kan beda-beda, saya nggak tahu di dalamnya seperti apa, kan anak-anak ada yang menghindar (diajak bertindak asusila), ada penolakan seperti itu, itu ada," terangnya.
Tapi karena desakan ekonomi keluarga membuat sang anak nekat menjadi pelayan warung kopi cetol alias kopi plus - plus. Bahkan dari hasil asesmen ada kongkalikong antara penyedia jasa dalam hal ini pemilik warung kopi, dengan sang anak atau korban.
"(Korban anak) dia tidak mengatakan secara langsung kepada orang tuanya bahwa dia bekerja di situ. Artinya ada bahasa kita kongkalikong, dengan makelarnya dan pemiliknya itu, bahwa anak ini ternyata tidak terang-terangan mengatakan pada orang tua bahwa dia bekerja begitu," bebernya.
Saat ini sembari menunggu proses hukum berjalan, para pelayan anak itu di tempatkan di rumah masing-masing sambil diawasi oleh pekerja sosial, serta pendampingan dar? kepolisian, dinas sosial, dan dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (DP3A).
"Akan mendampingi psikologisnya masing-masing. (Selanjutnya) Ada tindak lanjut memang, tapi jika anak-anak ini ada MOU, ya kalau misalkan mereka mau untuk pelatihan kerja misalkan dari dinas sosial, sudah istilahnya akan diarahkan ke mana pelatihan kerja," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, aktivitas kopi cetol di Pasar Gondanglegi, Kabupaten Malang, dioperasi oleh aparat gabungan Polres Malang dan Satpol PP, pada Sabtu 4 Januari 2025. Operasi gabungan ini dilakukan karena aktivitas kopi cetol yang viral itu ada indikasi ke prostitusi terselubung.
Terlihat dar? penggerebekan warung kopi di area pasar itu diamankan 32 pekerja perempuan, sebagian berpenampilan cantik dan berpakaian seksi. Dari 32 pekerja perempuan itu, 7 di antaranya ternyata masih anak di bawah umur.
Kopi cetol sendiri merupakan istilah khas di area Pasar Gondanglegi, Malang. Dimana kopi cetol sama dengan kopi pangku, yang mengandung dugaan unsur asusila.