PBB: Butuh 15 Tahun untuk Bersihkan Puing-Puing Bangunan di Gaza
JAKARTA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa lebih dari 50 juta ton puing kini menutupi jalan-jalan di Gaza, yang kira-kira setara dengan 12 kali ukuran Piramida Besar Giza. Dikatakan bahwa, bahkan dengan armada lebih dari 100 truk yang bekerja penuh waktu, pembersihan puing-puing akan memakan waktu lebih dari 15 tahun.
Puing-puing tersebut juga dipenuhi dengan persenjataan yang belum meledak, bahan-bahan beracun, dan sisa-sisa jasad manusia—yang mempersulit setiap upaya untuk memulihkan keadaan normal.
Citra satelit dan laporan dari PBB menunjukkan bahwa 69 persen bangunan di Gaza telah rusak atau hancur, termasuk lebih dari 245.000 rumah, demikian dilansir dari Newsweek.
Infrastruktur penting—jalan, listrik, dan sistem air—telah hancur, dan sebagian besar rumah sakit tidak lagi beroperasi.
Dengan kondisi tersebut, kemungkinan untuk membangun kembali Gaza, yang menderita blokade Israel-Mesir sejak 2007, dibayangi oleh skala kerusakan dan tantangan politik serta logistik yang terus berlanjut. Di beberapa bagian Gaza, terutama di wilayah utara, pasukan Israel telah melakukan operasi besar-besaran, mengubah seluruh kota menjadi medan perang.
Biaya Kerusakan Akibat Perang Gaza
Skala kerusakan secara keseluruhan baru akan dinilai setelah pertempuran berakhir dan inspektur internasional dapat mengakses area tersebut.
Bank Dunia telah mematok kerusakan akibat perang di Gaza sebesar USD18,5 miliar—hampir setara dengan PDB gabungan Gaza dan Tepi Barat pada tahun 2022.
Israel mengaitkan sebagian besar kerusakan dengan Hamas, kelompok militan yang melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 di Israel, yang menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel dan menculik 250 orang.
Sebagai tanggapan, serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, dengan mayoritas warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Israel mengklaim telah menewaskan lebih dari 17.000 pejuang Hamas tetapi belum memberikan bukti independen.
Militer bersikeras bahwa Hamas telah menggunakan wilayah sipil, termasuk rumah dan sekolah, sebagai perisai untuk menyembunyikan terowongannya dan meluncurkan roket.
Miliaran dolar akan dibutuhkan untuk membangun kembali Gaza. Para ahli mengatakan banyak yang khawatir berinvestasi di wilayah tanpa masa depan politik yang jelas dan bahwa kunci untuk rekonstruksi adalah mencabut blokade–tetapi ini tetap menjadi pokok perdebatan utama.
Sementara Israel berpendapat blokade diperlukan untuk mencegah Hamas mempersenjatai kembali, para kritikus melihatnya sebagai hukuman kolektif bagi penduduk sipil Gaza.
Masa Depan Rekonstruksi Gaza
Pada Minggu, (19/1/2025) kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza akan mulai berlaku. Kesepakatan tersebut, yang menguraikan penghentian bertahap permusuhan juga menjanjikan proses rekonstruksi yang panjang, tetapi masih belum jelas siapa yang akan memerintah Gaza setelah pertempuran berakhir.
Sementara masyarakat internasional telah lama mendukung Otoritas Palestina (PA) sebagai badan pemerintahan potensial, Israel telah menentang peran apa pun bagi PA di Gaza, yang mempersulit upaya untuk pemerintahan Palestina yang bersatu.
Tanpa struktur pemerintahan yang berlaku dan dengan blokade yang masih berlaku, tidak pasti apakah donor internasional akan berinvestasi di masa depan Gaza.
Bagi banyak warga Palestina, prospek untuk kembali ke rumah mereka semakin memudar, dan kamp-kamp tenda yang tersebar di sepanjang garis pantai Gaza mungkin akan menjadi bangunan permanen.
Selain itu, kepemimpinan masa depan wilayah tersebut masih belum pasti, tanpa adanya rencana konkret untuk menggantikan Hamas.