Luhut: Indonesia Bangun Family Office Bulan Depan
JAKARTA – Indonesia mulai membangun family Office pada Februari 2025. Hal ini ditegaskan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Panjaitan.
Luhut mengaku hal ini sudah sempat dilakukan pembahasan dengan Presiden Prabowo Subianto terkait rencana pembangunan family office beserta potensi keuntungan yang bisa didapatkan Indonesia.
"Presiden sudah setuju mengenai hal itu (family office), kita mau cepat, kalau ketemu presiden saya berusul bulan depan kita jadikan, kita sudah studi kok, sudah lama kita studi," ujar Luhut saat ditemui di Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Family Office
1. Tertinggal dari Malaysia
Luhut mengaku, saat ini Indonesia sudah tertinggal dari Malaysia yang sudah lebih dulu membangun family office pada September 2024 lalu. Mengutip laman resmi British Malaysian Chamber of Commerce Berhad (BMCC) atau Kadin Malaysia, Pemerintah menyiapkan sederet insentif untuk family office.
Pertama, Pengecualian Pajak. Pemerintah menawarkan tarif pajak 0 atas pendapatan yang dihasilkan oleh SFO (single family office) dari investasi yang memenuhi syarat, termasuk aset keuangan, ekuitas swasta, dan real estat, untuk jangka waktu hingga 20 tahun (10 tahun awal dengan potensi perpanjangan). Insentif ini secara signifikan menurunkan biaya operasional.
Kedua, Struktur Investasi yang Fleksibel. Lingkungan regulasi memungkinkan SFO untuk berinvestasi dalam spektrum aset yang luas, memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk mengelola portofolio investasi yang terdiversifikasi secara efektif.
Ketiga, Perlindungan Aset dan Kerahasiaan. Kerangka hukum Malaysia memastikan perlindungan aset yang kuat melalui struktur perwalian dan warisan, menawarkan tingkat kerahasiaan yang tinggi - faktor penting bagi UHNWIs.
2. RI Siap Bersaing
Meskipun demikian, Mantan Menko era Jokowi itu memastikan Indonesia tetap siap untuk bersaing dengan memberikan insentif yang lebih kompetitif dari Malaysia.
"Kita tidak mau kalah dengan negara tetangga kita. Mereka Malaysia kasih insentif yang sangat kompetitif, kalau kita harus lebih kompetitif," kata Luhut.
Sebelumnya, Luhut membeberkan tujuan Pemerintah mendirikan family office di Indonesia. Menurutnya, saat ini ada 2 negara di Asia yang memiliki family office terbanyak, pertama Singapura yang memiliki 1.500 family office, kedua Hong Kong memiliki sekitar 1.400 family office. Banyak uang milik orang-orang kaya yang disimpan di family office, hal itu akhirnya berdampak pada pembangunan yang terjadi di kedua negara tersebut.
Namun demikian, Luhut menilai saat ini Singapura dan Hong Kong tengah mengalami perubahan dan konflik di masing-masing negara. Hong Kong mengalami peningkatan tensi Geopolitik, sedang Singapura tengah mengalami perubahan regulasi investasi.
"Namun akhir-akhir ini, peningkatan kondisi geopolitik di Hong Kong, serta perubahan regulasi investasi di Singapura meningkatkan risiko dan ketidakpastian investor," kata Luhut mengutip unggahan yang dibagikan melalui akun instagram pribadinya.
Kedua situasi inilah, baik Geopolitik dan perubahan regulasi, yang menurut Luhut bisa berdampak pada iklim investasi di kedua negara. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia juga tengah menyiapkan family office yang diharapkan mampu menampung limpahan dana dari family office yang berada di Singapura dan Hong Kong.
"Inilah yang membuat Indonesia bisa mengambil kesempatan untuk menjadi alternatif dengan membentuk Wealth Management Centre, karena kondisi pertumbuhan ekonomi kita cukup kuat, kondisi politik pun juga stabil, serta orientasi geopolitik kita yang netral," pungkasnya.