Wawancara Eksklusif Christian Adinata: Sempat Hancur, Kini Mantap Pilih Jalur Profesional Usai Dicoret dari Pelatnas PBSI
JAKARTA – Kisah Christian Adinata yang ternyata sempat hancur karena dicoret dari Pelatnas PBSI menarik untuk dibahas. Sebab tunggal putra potensial Indonesia itu dicoret ketika Tengah pemulihan cedera parah paca operasi pada Juli 2024 lalu.
Menariknya, Christian Adinata mampu bangkit dari perasaan hancur itu. Sebab ia memutuskan untuk mengambil jalur professional sebagai jawaban dicoret dari skuad Pelatnas PBSI 2025.
Berdasarkan pengumuman pemain penghuni Cipayung 2025 yang dirilis PBSI pada Sabtu 21 Desember 2024, nama Christian tidak tercantum dalam daftar susunan pemain tunggal putra di skuad utama atau pun pratama. Sementara jika berbicara prestasi, Christian sejatinya terbilang mengesankan sebelum mengalami cedera lutut pada Mei 2023.
Christian tercatat pernah membanggakan Merah Putih dengan meraih medali emas di SEA Games 2023. Sejak saat itu kariernya mengalami peningkatan drastis, dengan mampu berbicara di beberapa turnamen BWF World Tour. Sayangnya kala tampil di semifinal Malaysia Masters 2023, ia mengalami cedera lutut hingga harus naik ke meja operasi.
Sejak menjalani operasi pada Juli 2024, Christian harus menepi dari lapangan cukup lama sekira 6-9 bulan. Itu berarti masih dibutuhkan waktu hingga Maret 2025, agar pemain jebolan klub PB Tangkas itu bisa pulih dan kembali beraksi di lapangan.
Sayangnya, belum sampai Maret 2025, namanya sudah dicoret dari skuad pelatnas PBSI. Bagaimana cerita Christian menghadapi situasi pahit ini? Apa yang akan dilakukan Christian pada 2025 agar ia bisa kembali melanjutkan mimpinya sebagai atlet bulu tangkis?
Berikut wawancara eksklusif Christian Adinata bersama Okezone:
Sebelum PBSI mengumumkan nama-nama pemain penghuni pelatnas 2025, apakah ada informasi yang disampaikan PBSI kepada kamu, terkait pencoretan nama kamu?
Jadi ketika pengumuman itu muncul hari Sabtu, saya baru tahu saat itu juga. Tetapi tiga hari sebelum pengumuman nama pemain itu keluar, saya sempat telepon Binpres (Bidang Pembinaan dan Prestasi) yakni koh Didi –sapaan akrab Eng Hian– karena sekalian memberikan info hasil medical report, perkembangan saya sudah sejauh mana, karena saya diminta oleh PBSI hasil medical report saya untuk dibawa ke bahan meeting untuk dibahas bagaimana ke depannya.
Pokoknya tiga hari sebelum pengumuman nama keluar, saya telepon koh Didi, saya lapor medical report bahwa saya membaik. Lalu tujuan keduanya itu untuk rikues turun ke skuad pratama karena sekarang saya di utama. Saya merendahkan diri karena saya merasa di skuad utama kayaknya saya akan sulit dengan kondisi seperti ini yang belum sempurna 100 persen, takutnya saya mengganggu program yang lain, apalagi dengan pelatih baru yang enggak tahu kondisi saya seperti apa.
Yang sebenarnya tahu kondisi saya sepenuhnya itu kan bang Aboy –sapaan akrab Irwansyah, koh Harry (Hartono), tapi dua-duanya enggak ada. Tapi saya juga tidak menyalahkan pelatih baru. Maksudnya pasti pelatih baru akan kurang mengerti kondisi saya yang sudah sampai di mana, cerita saya seperti apa, kayaknya mereka tidak tahu. Makanya saya minta turun ke pratama. Karena di pratama itu ada koh Indra dan kak Herli, mereka kan sudah lumayan lama di PBSI, jadi mereka pasti tahu cerita saya, cedera saya, perjuangan saya. Jadi saya merasa lebih nyaman kalau di bawah.
Karena dari segi pertandingan pun ranking saya kurang, rankingnya sudah turun jauh banget. Jadi otomatis dari jadwal pertandingan pun akan mengikuti yang pratama, jadi saya bilang ke koh Didi, ‘koh saya mending turun di pratama, saya kerja keras lagi, mulai dari bawah lagi sampai ada satu momen waktu nanti pengurus bisa lihat kalau saya memang sudah pantas di skuad utama lagi.’
Ya jawaban koh Didi bikin saya lumayan kaget waktu itu. Karena koh Didi bilang ‘nanti dulu Chris ini bukan masalah utama atau pratama, kita masih mau mengadakan rapat buat kamu mengenai masih layak dipertahankan atau tidak.’ Wah dari situ kan saya agak kaget. Ya saya udah enggak bisa ngomong apa-apa lagi, kayak ‘oh yaudah koh, makasih koh.’
Udah beres telepon, berikutnya sudah tidak ada kabar-kabar lagi. Tapi dari setelah telepon itu saya jadi was-was. Eh kenapa ini? Padahal sebelum dipulangkan ada rumor atau kabar bahwa saya akan tetap aman tahun depan karena memang masih dalam pemulihan, ada omongan seperti itu. Trus pas saya telepon koh Didi dibilang seperti itu saya jadi was-was.
Trus akhirnya baru pada Sabtu itu, bangun tidur lihat DM Instagram masuk dari teman ganda putra, Raymond Indra, dia bilang ‘semangat bang’. Di situ saya buka HP dengan mata saya yang masih agak merem-merem ‘kenapa nih?’ trus saya curiga apa karena enggak dipanggil lagi ya? Lalu saya buka di Instagram badminton.ina belum ada. Trus saya iseng buka Twitter, ternyata ada bocoran, dan beneran nama saya tidak ada.
Tapi ini tahap pertama kan. Trus saya mikir apa saya di tahap kedua ya? Karena make sense mungkin, saya masih dalam pemulihan ngapain dipanggil di tahap satu kan? Tapi saya enggak diam begitu saja. Saya konfirmasi ke koh Didi, saya chat via WhatsApp, dan jawaban koh Didi seperti ini.
‘Setelah diskusi dengan pelatih tunggal putra utama ataupun pratama, dengan berat hati diputuskan tidak mengikuti sertakan Christian di program pelatnas tahun 2025 dengan pertimbangan kondisi cedera Christian. Saran dari saya Chris melakukan program recovery di klub dulu, kalau nanti kondisi sudah pulih dan sudah kembali ke turnamen bisa kita pertimbangkan lagi. Itu yang bisa saya jelaskan ke Christian,’ tulis pesan Eng Hian kepada Christian.
‘Saya paham Chris dengan situasi ini, semua orang kecewa dan marah karena tidak sesuai dengan keinginan kita. Keputusan ini tidak datang dari saya tapi saya harus diskusi dengan orang-orang yang akan bertanggung jawab di sektor itu dan saya harus menghargai keputusan itu,’ tulis lagi Eng Hian kepada Christian.
Jadi tidak ada informasi apa-apa dari PBSI dan justru kamu sendiri yang akhirnya konfirmasi langsung ke koh Didi?
Iya tidak ada sama sekali info kepada saya, itu kalau saya tidak bertanya pasti dari PBSI akan diam saja. Tadinya saya berpikir mungkin akan masuk ke tahap kedua, kalau saya tidak bertanya. Malah kalau tahap kedua ternyata saya enggak dipanggil makin kacau. Maksudnya saya belum planning apa-apa. Jadi saya ingin memastikan supaya saya bisa atur planning ke depannya. Jadi enggak bergantung sama PBSI.
Tapi mendengar kabar itu, ya sedih, hancur. Berada di Timnas itu merupakan cita-cita saya, dari kecil saya ingin masuk di sana. Perjuangan saya untuk ada di Pelatnas enggak mudah banget. Saya bukan titipan orang dalam atau gimana, saya masuk ke Pelatnas karena memang prestasi saya. Saya naik utama pun memang karena prestasi saya. Enggak gampang. Jadi saya rasanya kayak ‘giliran seperti ini kok mereka enggak mau bantu saya.’
Tapi bukan masalah itu, saya lebih bisa menerima atau fair kalau PBSI menunggu saya sampai sembuh trus dikasih beberapa pertandingan atau kesempatan untuk membuktikan diri. Kalau memang enggak bisa, saya didegradasi. Itu lebih fair buat saya. Saya bisa legawa dan ikhlas. Tapi ini kesannya masih di tengah jalan belum selesai, belum sampai, malah diturunin. Ditinggalin pas lagi belum sempurna.
Jika berkaca tahun-tahun sebelumnya, ketika ada pemain yang didegradasi pasti akan dipanggil terlebih dahulu sebelum nama-nama pemain diumumkan? Apakah betul seperti itu?
Iya, kalau dulu yang saya tahu diajak ngobrol empat mata. Di situ disampaikan kalau kamu tidak akan dipanggil lagi, ditanya planning kamu gimana? Jadi memang sudah dikasih tahu dulu supaya pas pengumuman tidak kaget. Supaya dia bisa menyiapkan planning ke depannya. Ternyata tahun ini enggak ada omongan sama sekali, makanya saya benar-benar kaget baru bangun tidur dikabarin hal seperti ini.
Apakah ada rasa amarah atau kecewa saat pertama kali mengetahui keputusan ini?
Saya tidak ada marah sama sekali tapi lebih ke hancur dengar kabar ini. Setelah saya berjuang untuk gelar-gelar yang saya dapatkan, lalu saya cedera ketika membela negara, mereka malah meninggalkan saya seperti ini.
Sejak operasi dari Juli 2024 sampai Desember tahun ini, apakah kamu merasakan ada tanda-tanda bahwa kamu tidak akan dipanggil pelatnas lagi pada 2025?
Enggak ada (tanda apa pun). Karena sebelum dari operasi memang sudah membuat perjanjian, tapi bukan yang tertulis. Perjanjian itu seperti yang dirilis di Instagram badminton.ina, tentang klarifikasi itu. Istilahnya mereka akan mengawal saya sampai sembuh, perjanjiannya seperti itu. Saya operasi tapi saya bakal ditunggu sampai sembuh. Yaudah jadi saya merasa aman.
Tapi apakah ada sedikit rasa was-was karena pemulihan cedera kamu harus berlangsung lama?
Memang ada rasa was-was, tapi saya merasakannya itu setelah saya telepon dengan koh Didi, tiga hari sebelum pengumuman nama pemain itu keluar. Di situ kan saya rikues ke koh Didi untuk turun ke pratama, saya juga medical report dan di situ hasilnya membaik loh. Udah on the track dari tes kekuatan dan lain-lain pun membaik, maksudnya ada progress. Kecuali dari hasilnya memburuk, trus tesnya enggak ada peningkatan, nah ini membaik loh. Jadi saya merasa enggak mungkin kalau enggak dipertahankan. Makanya sempat rikues untuk turun ke pratama, tapi jawabannya ternyata di luar ekspektasi.
Sejauh ini kondisi pemulihan cedera kamu sudah berapa persen?
Ya, intinya sekarang saya baru MRI trus tes kekuatan di hari Jumat minggu lalu dan semuanya membaik, on the track, kurang lebih sekarang di angka 60-70 persen. Tapi dari dokter pribadi saya memprediksi Maret 2025 saya sudah bisa kembali bertanding dan saya sudah menyampaikannya ke koh Didi. Saya Maret 2025 diprediksi sudah bisa main lagi, jadi masa mereka enggak mau menunggu sampai benar-benar sembuh. Malah balasannya diminta kembali ke klub, recovery di klub, nanti kalau udah ikut pertandingan nanti kita pertimbangkan lagi.
Apakah ada pesan dari coach Irwansyah setelah nama kamu dicoret dari Pelatnas PBSI?
Ya bang Aboy kemarin juga telepon saya, intinya dia menguatkan saya. Jadi meeting terakhir sebelum para pemain dipulangkan, bang Aboy sudah memperjuangkan saya banget di meeting itu. Jadi kayak ada yang nanya, Christian bagaimana? Seperti kesannya tidak sabar untuk menunggu.
Ya, bang Aboy cerita ‘abang sudah perjuangin kamu semampu bang Aboy, jadi saya sudah bilang kamu jangan dikeluarkan. Christian itu masih dalam pemulihan, biarkan dia di sini dulu sampai sembuh. Trus misal dia sudah sembuh, kasih dia kesempatan bertanding tapi kalau memang enggak bisa baru diperingatkan atau degradasi.’ Itu menurut saya memang lebih fair. Pokoknya bang Aboy sudah usaha banget untuk saya.
Reaksi teman-teman tunggal putra bagaimana saat mengetahui kabar ini?
Mereka juga kaget. Mungkin saya lebih berbicara juga ke koh Jo (Jonatan Christie) dan a Ginting (Anthony Sinisuka Ginting) karena mereka senior saya. Mereka juga kaget dengan keputusan itu, tapi mereka bersedia mendukung saya di luar (Pelatnas). Mereka sudah saya anggap seperti kakak sendiri, mereka udah banyak bangetlah membantu saya.
Koh Jo dan a Ginting banyak banget bantu saya. Ya saya bersyukurnya itu sih saya masih dikelilingi orang-orang baik, ada saja berkat yang datang dari koh Jo dan a Ginting, banyak banget bantuan yang mereka kasih kepada saya. Ibaratnya di hari Sabtu itu saya hancur banget ketika mendengar kabar itu. Tapi dari Sabtu sore ke malem itu banyak yang bantu, ada aja berkat yang datang, tawaran, membuat saya jadi lebih bersemangat, lebih happy juga. Ya lebih termotivasi dengan tawaran-tawaran yang ada karena memang ternyata di luar banyak banget orang yang baik, yang memang peduli sama saya. Jadi bersyukur banget.
Berapa lama kamu memproses dan mencerna situasi ini hingga akhirnya menerima keputusan PBSI?
Ya mungkin dari Sabtu sore sampai Minggu pagi baru bisa lebih ikhlas, sudah menerima, enggak terlalu yang sebelum-sebelumnya mendengar kabar itu hancur banget, pusing, ngurus masalah sponsor, mikirin planning tahun depan mau gimana, mau tinggal di mana? Trus biayanya gimana? Selama satu hari itu langsung saya pikirkan semua dan untungnya langsung beres di hari itu juga. Ya seperti yang saya bilang tadi, banyak yang dukung, dan ada saja berkat buat saya.
Kenangan apa yang paling tidak akan dilupakan selama tujuh tahun di Pelatnas?
Banyak banget, apalagi kenangan bareng tunggal putra udah banyak banget. Ya sampai saya tidak bisa ingat satu per satu karena saking banyaknya. Tapi ya memori paling melekat itu pas masih ada almarhum (Syabda Perkasa Belawa), Yonathan Ramlie, Bobby Setiabudi, yang memang seangkatan saya. Itu kenangan yang enggak paling bisa dilupakan waktu berempat itu. Ya momen-momen yang dilewati banyak.
Lalu rencana kamu ke depan seperti apa? Tadi kamu menyebut ada peran Jonatan dan Ginting dalam merencanakan ke depan?
Koh Jo dan a Ginting istilahnya bantu saya dengan cara mereka mencarikan sponsor, meyakinkan para sponsor lewat story saya, langsung di hari Sabtu dan Minggu itu. Saya sampai tidak bisa menjelaskan banyak di sini karena memang udah banyak banget yang mereka bantu buat saya. Ya yang bisa saya sampaikan adalah mereka bantu saya terhubung dengan orang-orang sponsor. Itu yang membuat akhirnya sponsor jadi tertarik juga. Jadi bersyukurnya di situ.
Lalu untuk planning ke depan, saya sekarang fokus untuk sembuh 100 persen dulu, itu nomor satu. Tapi dalam masa proses untuk sampai 100 persen itu kan saya bisa menyusun planning yang lain, kayak misalnya pertandingan mau ke mana aja. Saat ini itu yang sedang saya planning. Sponsor juga, karena sekarang ini memang belum ada yang deal tapi masih proses negosiasi. Karena sponsor perlu tahu visi misi saya tahun depan dan planning-nya professional seperti apa. Tentu visi misi saya adalah untuk kembali ke top perform saya dan balik ke top level dunia.
Berarti pada Maret 2025, rencananya sudah akan turun ke turnamen?
Plan-nya seperti itu karena ini kan prediksi Maret (sudah sembuh), tapi saya yakin Maret memang sudah oke dengan kondisi sekarang yang saya rasakan.
Untuk latihan dan tempat tinggal akan bagaimana setelah kamu meninggalkan Cipayung?
Saya akan latihan di Tangkas di klub saya, dan di sana ada pelatih yang pegang saya dari kecil, trus ada teman-teman latihan di sana masih ada. Untuk tempat tinggal ada sewa apartemen dekat Tangkas. Ya memang butuh biaya lagi, tapi ya mau gimana lagi. Intinya tempat tinggal dan latihan sudah aman. Tinggal sponsor apparel, biaya pertandingan. Kalau itu sudah oke, sudah tinggal di sayanya aja, udah siap atau belum. Tinggal mempersiapkan diri. Karena untuk kembali ke top level semua harus sinkron.
Apakah sudah ada gambaran ketika kamu nanti menjadi pemain professional akan seperti apa?
Ternyata di luar itu asyik juga. Walaupun diurus sendiri, tapi kita jadi mengerti. Contoh kecil misal kalau mau pertandingan sekarang saya harus memperhatikan dan memikirkan cara apply visa seperti apa. Lihat prospectus pertandingan, transportasi, hotelnya bagaimana? Jadi benar-benar ngulik sendiri gitu. Ini kita lihatnya harus benar-benar detail, benar-benar pengalaman baru. Seru juga. Kalau di PBSI kan udah enggak mikir apa-apa, tinggal packing, berangkat udah. Ini mesti ngulik, serunya di situ. Memang sedikit lebih rumit kalau di luar, cuma enggak sesulit itu kalau di luar. Banyak banget orang baik.
Kalau ada pembatasan ranking dari PBSI bagaimana? Rencananya kamu akan turun di turmamen apa jika masih diberlakukan pembatasan ranking?
Ini yang masih mau saya tanyakan. Maksudnya saya lagi tanya ke pihak PBSI yang mengurus bagian ini mengenai pembatasan ranking itu berapa. Takutnya ntar saya udah daftar enggak di accept, sakit juga.
Kalau saya ini planning main di International Series dulu, kalau International Challenge belum masuk karena ranking saya sekarang 450. Jadi realistisnya main di International Series atau Future Series dulu. Beberapa turnamen yang saya planning semuanya kebanyakan International Series dan Future Series. Mau enggak mau saya harus dari bawah lagi. Harusnya sih rankingnya masih aman, cuma saya mau pastikan minimal rankingnya.
Keputusan untuk bermain professional ini berarti langsung diambil dalam satu hari saja?
Iya. walaupun sebenarnya tawaran melatih juga banyak. Cuma dengan kejadian ini (pencoretan dari penghuni pelatnas PBSI), dari diri saya jadi semakin termotivasi untuk membuktikan, tapi konteksnya bukan membuktikan kepada mereka. Saya ingin lebih membuktikan ke diri saya sendiri, masa seorang Christian dibeginikan. Ya saya ingin membuktikan ke diri saya sendiri. Jadi saya ingin memaksimalkan ke depannya.
Kalau support dari keluarga seperti apa? Atau dari Stephanie Widjaja sebagai kekasih seperti apa?
Ya kalau keluarga lebih menguatkan, pasti untuk lebih membesarkan hati saya. Ya enggak apa-apa diterima tapi bukan akhir dari segalanya di luar pun masih banyak yang peduli sama Christian. Ya intinya keluarga seandainya pun enggak ada sponsor, keluarga pun tetap support 100 persen. Karena saya masih ingin main, ingin balik lagi, keluarga tetap 100 persen. Tapi puji Tuhannya ada sponsor, mungkin beberapa hari lagi bisa selesai.
Kalau dari Stephanie, ya banyak hahaha. Saya enggak bisa ngomong di sini hahaha.
Ada pesan yang mau kamu sampaikan kepada pecinta bulu tangkis?
Ya pertama, terima kasih banyak buat badminton lovers yang udah kasih dukungan, kasih doa, doa-doa yang baik, ya semoga semua doa yang baik kembali ke kalian masing-masing.
Seandainya nanti kamu bermain professional dan berprestasi, lalu mendapat panggilan kembali dari Pelatnas PBSI, apakah kamu akan membuka peluang untuk kembali?
Kalau untuk itu, saya akan pertimbangkan dulu. Saya enggak akan yang langsung mau, saya mau mempertimbangkannya dulu. Masalahnya saya keluar juga bukan karena saya membuat masalah di Cipayung, bukan saya indisiplinner. Saya latihan juga all out, senior-senior saya pun tahu gimana perjuangan saya.
Harapan kamu dengan berkarier sebagai pemain professional?
Harapannya tentu dilancarkan aja semua yang udah saya planning. Intinya pelan-pelan, satu demi satu saya berharap bisa naik lagi, bisa nyusul senior-senior saya yang udah di top level lagi karena kemarin kan sebelum cedera saya sudah hampir bisa menyusul tuh ke koh Jo, a Ginting, Chico juga. Cuma namanya jalan Tuhan tidak ada yang tahu.
Saya yakin masih bisa, pelan-pelan naik lagi menyusul mereka. Itu target saya. Karena memang ingin banget ada di satu bagan sama-sama pemain dunia. Yang saya dirasakan di Malaysia Masters 2023 itu saya bangga banget karena bisa satu bagan pemain-pemain top semua. Itu jadi kepuasan tersendiri.
Apalagi dengan cerita seperti ini, saya mulai dari bawah, trus jika nanti bisa sampai di atas, ini akan menjadi kebanggaan untuk saya. Cuma ya saya enggak mau membebani diri saya sendiri, saya ingin pelan-pelan karena di luar pun enggak ada pressure seperti di Pelatnas. Jadi ya lebih ke have fun saja, pelan-pelan, enjoy, naik sedikit demi sedikit yang penting sampai.
Terakhir, kamu mendapatkan tawaran untuk berlatih bersama dengan Viktor Axelsen. Apakah kamu akan mempertimbangkannya?
Ya, itu tawaran menarik banget. Pasti akan saya pertimbangkan karena dia adalah idola saya. Kalau bisa sampai ke sana pasti itu akan jangka panjang karena bisa latihan sebulan, bisa buat experience. Viktor juga DM saya langsung bukan hanya di komen saja, tetapi juga DM. Viktor langsung DM ‘kalau kamu mau ke Dubai langsung kontak saya, pokoknya saya terbuka. Tapi kamu harus sembuh dulu 100 persen.’
Jadi intinya dia mau saya fokus ke pemulihan dulu 100 persen, baru nanti ke Dubai datang saja. Yaudah saya bilang ini tawaran yang sangat menarik dan saya sangat tertarik dengan tawaran ini. Sekarang saya ingin fokus dengan kesembuhan saya dulu, jadi tunggu saya pulih 100 persen nanti saya pertimbangkan lagi.