Respons Bos Besar Mitsubishi soal Kabar Merger Honda-Nissan
BEKASI - Bos besar Mitsubishi Motors Corporation angkat bicara soal isu merger dua perusahaan raksasa asal Jepang, yaitu Honda dan Nissan. Namun, sejauh ini masih belum ada keputusan mengenai hal ini.
President and CEO Mitsubishi Motors Corporation, Takao Kato, mengaku dirinya sering ditanyain soal kabar merger Honda-Nissan. Tapi, ia tak bisa menjelaskan lebih lanjut.
"Soal merger Nissan-Honda. Banyak orang bertanya, tapi ini masih rahasia," kata Takao Kato di pabrik Mitsubishi Cikarang, Jawa Barat, belum lama ini.
Diketahui, kabar merger kedua perusahaan tersebut berembus di tengah ketatnya persaingan, terutama dengan maraknya mobil listrik dari China.
"Tapi sejauh ini belum ada keputusan. Belum ada keputusan dari Mitsubishi Motors maupun perusahaan lain," ucap Takao.
Ia mengaku pihaknya tengah mempelajari langkah-langkah terkait kerjasama dengan pihak terkait.
"Kami sedang mempelajari lebih lanjut step yang lebih baik untuk melakukan kolaborasi bersama brand lain," ujarnya.
Diketahui, kedua perusahaan membahas kemungkinan merger penuh, serta mencari cara untuk bekerja sama dengan Mitsubishi Motors, di mana Nissan adalah pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 24 persen, melansir Reuters.
Saat dikonfirmasi, Honda, Nissan, dan Mitsubishi menyatakan belum ada kesepakatan resmi yang diumumkan oleh perusahaan manapun. Namun, Nissan pernah mengungkapkan perusahan mempertimbangkan peluang kolaborasi antara ketiganya.
“Dalam jangka menengah dan panjang, hal ini bagus untuk industri mobil Jepang karena menciptakan poros kedua melawan Toyota,” kata Seiji Sugiura, analis senior di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory.
Persaingan konstruktif dengan Toyota merupakan hal positif bagi industri mobil Jepang yang mengalami stagnasi ketika harus bersaing dengan produsen mobil China, Tesla, dan lainnya,” lanjutnya.
Disebutkan, Honda dan Nissan juga harus mencari cara untuk mengintegrasikan budaya perusahaan mereka yang berbeda jika mereka melanjutkan merger.
“Honda memiliki budaya yang unik dan berpusat pada teknologi dengan kekuatan pada sektor mesin, sehingga harus ada penolakan internal terhadap merger dengan Nissan, pesaing dengan budaya berbeda yang kini mulai goyah,” kata Tang Jin, peneliti senior di Mizuho Bank.