Dampingi Prabowo, Anindya Bakrie Optimis Kerjasama dengan Jepang Meningkat
JAKARTA Presiden Prabowo Subianto menggelar pertemuan dengan para pengusaha Jepang di Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/12/2024). Dalam pertemuan tersebut hadir Ketua Kadin Anindya Bakrie, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Arsjad Rasjid.
Dalam pertemuan itu, Presiden Prabowo juga menyebut nama Andi Syamsudin Arsyad alias Haji Isam. Haji Isam merupakan pimpinan perusahaan Jhonlin Group. Pengusaha kelahiran Kotabaru, Kalimantan Selatan, ini pernah menjabat sebagai Wakil Bendahara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin pada Pilpres 2019. "Bapak Andi Syamsudin Arshad, seorang pengusaha terkemuka dari Kalimantan," ujar Prabowo.
Prabowo menyampaikan rasa terima kasih kepada para tamu undangan yang bersedia hadir, terutama para pimpinan perusahaan Jepang. "Jepang adalah salah satu mitra lama kami dan sahabat karib selama bertahun-tahun," ujarnya.
Prabowo mengatakan, peran sektor swasta asal Jepang telah mendukung program pemerintah dalam aspek pembangunan ekonomi hingga pengembangan sumber daya manusia di sektor pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrieoptimis kerja sama Indonesia dan Jepang di bidang investasi dan perdagangan akan terus meningkat.
"Kemarin Pak Menteri Investasi (Rosan P. Roeslani) sudah melakukan jamuan dan saya rasa, dengan istilahnya tambahan gesture dari Presiden ini, banyak sekali manfaatnya," kata Anindya, kepada awak media, di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Dalam pertemuan ini, Anindya sempat berbincang dengan sejumlah pengusaha Jepang, salah satunya dari Mitsubishi. Dalam perbincangan itu, para pengusaha Jepang mengungkapkan minat investasi mereka di Indonesia.
Selain fokus pada industri manufaktur yang telah berjalan selama ini, mereka juga mulai melirik industri kesehatan pendidikan, dan transisi energi, seperti carbon storage.
"Saya melihat itu semua sebagai sesuatu yang luar biasa. Dan mudah-mudahan dapat terealisasi," katanya.
Dia mengingatkan, investasi merupakan langkah jangka panjang dan membutuhkan kenyamanan. Selain investasi, Anindya optimistis neraca perdagangan Indonesia dan Jepang akan terus meningkat.
"Indonesia dan Jepang kan trade-nya kita ekspor sekitar US$ 20 miliar dan impor sekitar US$ 14 miliar jadi kita surplus. Intinya bagaimana bisa melakukan yang lebih ekspornya dengan industrialisasi," pungkasnya.