Jelang Puncak Musim Hujan, BMKG Khawatir Potensi Banjir Jakarta 2020 Terulang Kembali
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengtakan, tidak menutup kemungkinan potensi akan terjadinya kembali banjir Jakarta pada tahun 2020. Karena menurutnya, saat ini ada kesamaan dengan seruak udara dingin yang mulai masuk ke Indonesia.
Rita, panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa kondisi cuaca yang terjadi saat ini mirip-mirip seperti pada 2020 lalu. Pada 2020 lalu, BMKG mendeteksi seruak udara dingin bergerak dari dataran tinggi Tibet sehingga mengakibatkan banjir akibat cuaca hujan yang ekstrem.
Situasi serupa kali ini juga terjadi, yang mana adanya seruak udara dingin yang mulai masuk dari dataran tinggi Siberia. BMKG sendiri sudah memprediksi hal itu sejak akhir November lalu.
“Untuk kewaspadaan kita perlu mengkhawatirkan hal itu, karena saat kejadian banjir di Jabodetabek tahun 2020, saat itu terjadi memang menjelang puncak musim hujan seperti yang akan terjadi saat ini, nanti kan akhir Desember dan awal Januari kan wilayah tersebut akan mengalami puncak musim hujan,” kata Rita di kantor BMKG, Kamis (5/12/2024).
“Jadi kesamaannya seperti itu, bulannya sama dan intensitas hujannya kurang lebih sama. Namun saat itu juga terjadi seruak udara dingin yang bergerak dari dataran tinggi Tibet menyeruak melewati laut Natuna menuju ke wilayah Indonesia bagian barat tepatnya di Selat Sunda, Jabodetabek dan mengakibatkan hujan yang ekstrim saat itu,” lanjutnya.
“Jadi yang perlu diwaspadai seruak udara dingin dan saat ini waktu di bulan November, BMKG mendeteksi seruak udara dingin yang berasal dari dataran tinggi Siberia diprediksi saat itu di minggu terakhir November akan menyeruak masuk ke wilayah Indonesia di awal Desember. Ini terbukti mulai masuk,” terang dia.
Menurut Rita, potensi terburuk adalah Jakarta kembali terendam banjir seperti pada 2020. Sebab seruak udara dingin menyebabkan angin kencang, gelombang tinggi dan peningkatan curah hujan. Ditambah lagi, bedanya kali ini juga diiringi dengan adanya La Nina lemah yang diprediksi akan terjadi sampai April 2025 mendatang.
“Kemungkinan terburuk (terjadi banjir di Jakarta seperti 2020), dengan pertimbangan seruak udara dinginnya juga masuk dan menjelang puncak musim hujannya juga terjadi bahkan bulan Januari puncak musim hujan kesamaan itu terjadi di tahun ini. Plus bedanya tahun ini ditambah La Nina lemah sejak November. Kalau La Nina lemah ini kan berlangsungnya panjang, dari November diprediksi sampai Maret atau April,” pungkasnya.
Sebagai informasi, pada Januari 2020 terdapat ratusan wilayah Jakarta yang tergenang hingga 350 cm. Saat itu, intensitas curah hujan memang cukup tinggi, mencapai 377 mm/hari.
Akibatnya, sebanyak 390 RW di 151 kelurahan dari 35 kecamatan Jakarta terendam banjir dengan durasi empat hari hingga air benar-benar surut. Sebanyak 83.406 terdampak. DKI mencatat, ada 36.445 warga yang mengungsi di 269 titik dan 19 orang meninggal selama banjir.