Menggali Makna Hari Guru Nasional, Peran Wahyudi dalam Membangun Generasi Penerus Bangsa
Okezone-Guru dijuluki "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" karena peran mereka dalam membentuk siswa menjadi individu yang santun dan berpendidikan. Untuk mengenang jasa-jasanya, setiap 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional.
Peringatan ini tidak sekadar acara seremonial, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan terhadap para pendidik di seluruh tanah air.
Momen ini memiliki makna yang berarti bagi para pendidik dan guru di Indonesia. Hal ini juga dirasakan oleh seorang guru muda berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat bernama Wahyudi, atau populer di sosial media dengan nama Wahyudi Aksara.
Wahyudi begitu sapaan akrabnya, merupakan sosok pendidik muda inspiratif kelahiran 1995 yang telah memiliki segudang prestasi serta pengalaman luar biasa di usianya. Ia pernah mengajar sebagai guru Bahasa Indonesia di SMA Pelita Cemerlang Pontianak. Saat ini dia tengah menjadi Teacher Trainer di Mentari Group sekaligus Project Manager NPES International Youth Summit.
Tak hanya pengalaman luar biasa yang berhasil ditorehnya, namun juga sederet prestasi dan karya Wahyudi sukses tercipta. Mulai dari menulis Buku Mata Pelajaran PKN Kelas 1 dan 6, "Ibu Pertiwi, menjadi Guru Inspirator SMP dan SMA Pelita Cemerlang, dan Membuat Kumpulan Cerpen “Menggenggam Merpati serta lebih dari 17 karya kolaborasi antologi fiksi.
Menurut pria yang akrab disapa Pak Wah ini, awal mula dirinya ingin menjadi seorang guru adalah ketika terjun langsung menjadi seorang volunteer di bidang pendidikan.
“Saya mengikuti Aksi Sedekah Pendidikan. Pada 2017, ada program pengabdian masyarakat di sebuah pulau terpencil yang hanya ada Sekolah Dasar. Bagi mereka yang ingin melanjutkan sekolah jenjang SMP atau SMA, harus menerjang keterbatasan yang ada dengan menyeberangi pulau,” tuturnya.
Di saat mengikuti program tersebut, Wahyudi mendapatkan apresiasi ketika berkesempatan mendongeng yang disaksikan oleh seluruh murid, tenaga pendidik dan masyarakat setempat. Tak hanya itu, di sana Wahyudi bersama timnya berhasil membangun sebuah perpustakaan mini. Buku-buku di perpustakaan tersebut, ia kumpulkan dari donasi-donasi yang diberikan dari teman-teman literasinya di Kalimantan Barat.
“Anak-anak di sana kekurangan buku atau bahan bacaan. Kini mereka bisa melihat dunia melalui deret aksara yang ada di buku tersebut,” ucapnya.
Berbekal pengalamannya tersebut, Wahyudi merasa termotivasi dan bertekad untuk menjadi seorang guru. Saat itu, ia juga telah menyelesaikan pendidikan S-2-nya. Ia kemudian memutuskan untuk mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai persiapan untuk menjadi guru dedikatif dan inovatif.
Makna Guru Hebat, Indonesia Kuat bagi Wahyudi
Tahun ini, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), mengusung tema Hari Guru Nasional 2024 bertajuk “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini dipilih untuk memberikan dukungan dan apresiasi terhadap semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi yang ditunjukkan oleh para guru luar biasa di Indonesia dalam mendidik generasi penerus bangsa.
Memaknai arti “Guru Hebat, Indonesia Kuat”, bagi Wahyudi ialah guru yang tak hanya mengajar, tetapi juga memberikan pembelajaran hidup yang bermakna bagi muridnya.
“Artinya guru itu tidak hanya menjalankan tugas profesional sebagai pengajar tetapi juga harus sebagai penempa karakter, memberikan pembelajaran hidup bagi murid dan bisa menjadi jembatan pengetahuan, serta kesuksesan bagi mereka,” ucapnya.
Menurutnya, guru yang hebat juga bisa menjadi teman bagi murid dan juga mampu berkolaborasi dengan banyak hal. Ia mencontohkan, ketika lulus SMA ada murid yang ingin bisa langsung bekerja, guru bisa menghubungkan murid dengan perusahaan.
Selain memaknai guru hebat, Wahyudi mengartikan Indonesia kuat terbangun dari kualitas guru-gurunya.
“Saya yakin terciptanya Indonesia kuat lahir dari kualitas guru yang haus akan ilmu, menjadi pembelajar sepanjang hayat, cinta sama murid, paham akan metode pembelajaran, menguasai kurikulum, dan mengajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Semua aspek itu bisa untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tuturnya.
Dirinya berharap Peringatan Hari Guru Nasional bukan hanya sebuah peringatan dan simbolis semata. “Guru-guru di Indonesia perlu diapresiasi dan disejahterakan sehingga nantinya akan mampu meningkatkan kompetensi guru dan meningkatkan kualitas generasi yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Tak hanya dikenal sebagai guru muda yang penuh dedikasi, sosok Wahyudi juga terkenal sebagai edukreator yang inspiratif dan inovasi. Melalui akun media sosial TikTok maupun instagramnya @wahaksara, dirinya membagikan konten-konten video edukasi yang kini mempunyai pengikut lebih dari 20 ribu.
“Saya awal hanya iseng membuat konten tentang PPG (Pendidikan Profesi Guru) Prajabatan Nasional, namun ternyata banyak yang suka. Akhirnya saya konsisten membuat konten belajar dengan metode-metode seru dan menyenangkan agar menginspirasi guru-guru serta berdampak luas bagi masyarakat,” ucap pria yang didapuk Kemendikbud sebagai Duta PPG Prajabatan pada 2024. Wahyudi bahkan mengaku sangat beruntung, karena menjadi salah satu undangan dalam acara Peringatan Hari Guru Nasional di Jakarta, pada 25 November 2024.
Meskipun masih berstatus sebagai mahasiswa PPG Prajabatan, Wahyudi tetap berkomitmen untuk terus menyebarkan ide-ide inspiratif melalui karya-karyanya yang dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan serta menginspirasi banyak orang di luar sana.