Krisis Barang Mewah di China, Masyarakat Lebih Suka Liburan

Krisis Barang Mewah di China, Masyarakat Lebih Suka Liburan

Terkini | okezone | Sabtu, 9 November 2024 - 00:15
share

JAKARTA - LVMH, perusahaan yang membawahi merek mewah seperti Louis Vuitton, Dior, dan Tiffany, mengalami penurunan dalam pembangunan toko mereka di Beijing, China. Setahun setelah kunjungan CEO LVMH Bernard Arnault ke lokasi, bangunan masih tertutup pagar. Proyek ini bahkan diperkirakan tidak akan dibuka hingga tahun depan.

Konsumen yang alih-alih diharapkan melonjak setelah Covid-19, justru merosot tajam. Sehingga terjadinya pengurangan nilai pasar saham pada merek-merek ini hingga sekitar USD251 miliar sejak Maret.

Penurunan permintaan barang mewah di China sebagian bersifat siklis, dengan ekonomi negara tersebut yang masih kesulitan pulih dari krisis perumahan nasional. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya indikasi perubahan permintaan yang bersifat permanen terhadap brand mewah Eropa.

Konsumen muda di China semakin mengalihkan pengeluaran mereka ke pengalaman seperti perjalanan, daripada menggunakan barang mewah untuk mengutamakan status.

Perlambatan ekonomi di China telah memberikan dampak signifikan pada merek barang mewah. Kering memperingatkan bahwa laba tahunan mereka akan jatuh ke level terendah sejak 2016 setelah penjualan pada label terbesar mereka, Gucci, anjlok 25 pada kuartal ketiga akibat penurunan ekonomi di China.

LVMH juga melaporkan penurunan 16 di wilayah yang mencakup China pada periode yang sama, lebih besar dari penurunan 14 pada tiga bulan sebelumnya.

Ekspor jam tangan merek Swiss ke China merosot 50 pada bulan September dibandingkan tahun sebelumnya. Menekan merek seperti Vacheron Constantin, IWC serta Omega.

Tak hanya menurun pada barang, tetapi produsen kosmetik juga mengalami dampak serupa. L’Oreal melaporkan penurunan 6,5 pada penjualan di Asia Utara pada kuartal terakhir, perusahaan tersebut menyatakan bahwa pasar kecantikan di China terus memburuk. Estée Lauder juga mengalami penjualan yang turun dua digit dalam tiga bulan hingga September, menyebabkan sahamnya anjlok dengan rekor terendah.

Coco Li, seorang wanita berusia 46 tahun yang dulunya menghabiskan sekitar HK$600.000 (setara dengan USD77.000) setahun atau hampir 20 dari pendapatannya, digunakan untuk membeli barang-barang mewah.

Topik Menarik