Kisah Jenderal Soedirman Naik Pesawat Pembom, Para Perwira Tegang Menunggu di Landasan

Kisah Jenderal Soedirman Naik Pesawat Pembom, Para Perwira Tegang Menunggu di Landasan

Nasional | okezone | Sabtu, 5 Oktober 2024 - 07:11
share

JAKARTA - Pada 12 November 1945, Jenderal Soedirman diangkat sebagai Panglima pertama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia memulai perjalanan kepemimpinan yang berlangsung selama lima tahun di bawah Presiden Soekarno. 

Selama masa jabatannya, Soedirman dikenal sebagai sosok yang penuh dedikasi dan keberanian dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu momen paling menarik dalam sejarahnya terjadi pada 27 April 1946, ketika Jenderal Soedirman melakukan inspeksi pemulangan serdadu Jepang di Malang. 

Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengunjungi Pangkalan Bugis, yang dipimpin oleh Lettu Imam Soepeno dan Lettu Hanandjoeddin. Pangkalan ini terkenal dengan keberhasilan dalam merenovasi alutsista udara peninggalan Jepang, termasuk beberapa pesawat yang sangat menarik perhatian Soedirman.

Di hanggar tersebut, Soedirman menyaksikan deretan pesawat, termasuk Cukiu dan Pangeran Diponegoro I dan II. Tertarik untuk menjajal kemampuan Pangeran Diponegoro I, yang merupakan pesawat pembom ringan jenis Shoki Ki-48, Soedirman mengungkapkan keinginannya untuk terbang. Pesawat ini dikenal cepat, mampu melaju hingga 510 km/jam, dan sering disalahartikan sebagai Messerschmitt Me-109 Jerman.

Nama Pangeran Diponegoro I diusulkan oleh Lettu Imam Soepeno, dan setelah menjalani beberapa perbaikan, pesawat ini siap diuji. Pilot Jepang yang kini bernama Atmo, memilih untuk tinggal di Indonesia setelah Perang Dunia II dan bersedia menguji pesawat dengan perlindungan dari Panglima Divisi VII Surapati, Jenderal Mayor Imam Soeja’i.

 

Ketika Jenderal Soedirman menanyakan siapa yang akan menerbangkan pesawat, dijelaskan bahwa Atmo adalah pilotnya. Tanpa ragu, Soedirman meminta Atmo untuk menerbangkan pesawat itu lagi, menunjukkan kepercayaannya meskipun Atmo adalah mantan pilot Jepang.

“Siap Panglima Besar! Penerbang Atmo yang sudah mengujicobanya,” jawab Jenderal Mayor Imam Soeja’i dikutip dari buku ‘Sang Elang: Serangkai Kisah Perjuangan H AS Hanandjoeddin di Kancah Revolusi Kemerdekaan RI’ karya Haril M Andersen.

“Kalau begitu, saya minta Atmo untuk menerbangkannya lagi. Saya mau coba naik pesawat ini,” timpal Jenderal Soedirman.

Pesawat pun lepas landas dengan lancar, membawa Soedirman terbang. Selama penerbangan, ia meminta untuk melintasi Kota Banyuwangi, lalu terbang menuju Bali sebelum kembali ke Pangkalan Bugis. Setelah mendarat dengan mulus, ketegangan yang terasa di wajah para perwira yang menunggu di landasan segera sirna, melihat kepuasan dan kebahagiaan Jenderal Soedirman setelah keluar dari pesawat.

Momen ini bukan hanya mencerminkan keberanian Soedirman, tetapi juga semangatnya untuk memperkuat kekuatan udara TKR di tengah tantangan revolusi. Dengan percaya diri, ia menunjukkan bahwa kolaborasi antara pengalamannya dan keahlian pilot Jepang dapat membantu Indonesia memperkuat posisi angkatan bersenjata dalam meraih kemerdekaan yang telah diperjuangkan.
 

Topik Menarik