Gencarkan Syiar, PBNU Kirim Dai ke 8 Negara dan Pelosok Indonesia
Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) bersama Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (Lazisnu) mengirim sejumlah dai ke delapan negara dan pelosok Indonesia.
Proses pengiriman dai itu di antaranya dengan menggelar Pre-Departure Training Dai Ramadan 1446 H / 2025 M. Kegiatan ini berlangsung sejak Rabu hingga Jumat (26-28 Februari 2025) di Aula Lantai VIII Gedung PBNU, Jakarta Pusat.
Adapun proses seleksi untuk program ini telah berlangsung secara ketat. Dari total 450 peserta yang mendaftar, hanya 23 dai yang dinyatakan lolos dan siap ditempatkan di delapan negara. Selain itu, 11 orang dai juga akan ditugaskan dalam program Dai Nusantara di delapan provinsi, khususnya di daerah 3T.
Para dai itu di antaranya akan bertugas ke Australia, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Timor Leste, Belanda, dan Jepang.
Sementara yang di pelosok Nusantara bertugas di Papua Selatan, Papua Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, dan Banten.
Mengusung tema "Khidmat NU Tanpa Jeda - Dakwah NU Go Global", kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah yang moderat, toleran, dan inklusif. Selain itu, program ini juga berperan dalam memperkuat hubungan antarnegara serta membantu pekerja migran yang tersebar di berbagai belahan dunia dalam menghadapi dan menyelesaikan problem keagamaan mereka.
Ketua Panitia KH Khalillurrahman menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen NU dalam membawa dakwahnya ke tingkat global.
"Melalui program ini, LD PBNU bersama LAZISNU PBNU dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) bersinergi untuk menyiapkan dai-dai yang akan bertugas di berbagai negara. Dengan demikian, mereka tidak hanya berdakwah, tetapi juga menjadi jembatan dalam mempererat hubungan umat Islam di tingkat global," ujarnya, dikutip Sabtu (1/3/2025).
Sementara itu Direktur Eksekutif Lazisnu KH Qohari Kholil menyampaikan bahwa program ini menjadi bagian dari agenda besar Ramadan penuh cinta yang digagas oleh NU.
"Alhamdulillah, tahun ini kami dapat mengirim dai ke delapan negara, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya lima negara. InsyaAllah, tahun depan targetnya bisa mencapai 15 negara. Begitu juga dengan Dai Nusantara yang akan menjangkau daerah-daerah terpencil, agar dakwah NU semakin luas di Indonesia dan di tingkat global," jelasnya.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya solidaritas antarumat Islam dengan mengajak para dai untuk mengedukasi masyarakat terkait zakat, infak, dan sedekah (ZIS).
Sekretaris LD PBNU, KH Nurul Badruttamam menambahkan, dakwah di era global harus lebih inovatif dan adaptif dengan media.
"Kami berharap para dai dapat mendokumentasikan pengalaman dakwah mereka dalam bentuk tulisan, foto, ataupun video yang nantinya bisa dipublikasikan melalui media online dan juga buku. Ini bukan hanya sebagai dokumentasi, tetapi juga menjadi bahan evaluasi bagi para dai berikutnya," paparnya.
Sedangkan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU KH M Silahuddin menegaskan bahwa para dai yang diberangkatkan memiliki tugas besar dalam membawa dan menjaga nama baik Nahdlatul Ulama di tingkat global.
"Mereka adalah utusan Nahdlatul Ulama yang membawa misi dakwah Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah sekaligus memperkuat eksistensi NU secara global. NU bukan hanya organisasi Islam terbesar di Indonesia, tetapi juga memiliki jaringan jamaah terbesar di dunia, berdasarkan survei," ujarnya.
Ia menekankan bahwa para dai harus menjaga marwah NU sebagai organisasi yang memiliki peran strategis dalam membimbing umat.
"Para dai ini akan membawa dan memikul nama besar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu, kalian harus menjaga marwah NU dengan memelihara Harakah serta Ri’ayah An-Nahdliyah dengan sebaik mungkin," tegasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tugas utama para dai bukan menambah jumlah jamaah, tetapi menjaga eksistensi dan keberlanjutan jamaah yang sudah ada tersebut.
"Jika ada yang belum siap menerima NU, kita tidak perlu memaksakan. Tugas kita adalah membimbing, dan menyampaikan dakwah Islam kepada semua umat dengan pendekatan yang santun dan bijak," tambahnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya koordinasi dengan pengurus NU struktural di daerah tujuan sebelum menjalankan misi dakwah.
"Sebelum berdakwah, kalian harus lebih dulu memahami peta dakwah di daerah tersebut dengan berkoordinasi dengan pengurus NU setempat. Ini penting agar dakwah yang dilakukan lebih efektif, sesuai dengan kebutuhan lokal, serta dapat mempererat hubungan antara PBNU dengan Pengurus NU di daerah, baik di dalam maupun luar negeri," jelasnya.
Dari pelatihan ini, ia berharap para dai mampu menyusun peta dakwah di wilayah tugas masing-masing. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi bagi PBNU untuk menentukan daerah mana yang membutuhkan perhatian lebih dalam penguatan dakwah ke depannya.