Momen Belanda Kehilangan Dua Pucuk Meriam Usai Kalah Perang dengan Kerajaan Bone

Momen Belanda Kehilangan Dua Pucuk Meriam Usai Kalah Perang dengan Kerajaan Bone

Nasional | okezone | Jum'at, 21 Februari 2025 - 00:39
share

Pasukan Belanda harus kehilangan dua pucuk meriam saat menyerang Kerajaan Bone di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel). Pasukan Belanda itu tak mampu menandingi kekuatan tentara Bone yang berperang dengan kompeni Belanda. Perlawanan Kerajaan Bone memang melanjutkan perlawanan ke Belanda dengan berbagai cara.

Pos-pos Belanda di Pangkajene diserang, dan pos Belanda yang terletak di La'bbakang dihancurkan, negara Tanete diduduki, dan mengangkut kembali raja yang telah dipecat oleh Belanda. Ketika itu pasukan-pasukan Bone yang berjumlah 3.000 telah mendesak satu detasemen kecil pasukan Belanda yang berada di Pancana. 

Pasukan Belanda ini tentu saja akan dihancurkan oleh pasukan Bone seandainya tidak dibantu oleh sebuah tembakan dari kapal perang Belanda yang sengaja dikirimkan ke Pantai Bone, dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia".

Pada bulan Oktober pasukan Bone menyaksikan, gerakan yang dilakukan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten Le Clerq, komandan pasukan Belanda di Maros, dengan kekuatan 7 orang opsir, 10 orang serdadu berkuda, dan membawa serta 173 buah meriam. 

Pasukan ini berkedudukan di Bulu Seppong yang terletak kira-kira 24 kilometer dari Makassar. Gerakan pasukan Belanda ini dihadang oleh pasukan-pasukan Bone, dan terjadilah pertempuran di antara keduanya. Dalam pertempuran ini pasukan Bone memperoleh kemenangan.

Belanda meninggalkan beberapa orang tewas, sebaliknya pasukan Bone berhasil merampas dua pucuk meriam pasukan Belanda. Dengan kemenangannya itu, pasukan Bone menguasai jalan penting yang menghubungkan Makassar dan Maros yang terletak di sebelah utara Makassar.

Keadaan pasukan Bone memang sangat kuat dan mampu melakukan penyerangan-penyerangan yang sangat membahayakan. Kegiatannya untuk menghadapi Belanda tidak dihentikan, bahkan dipergiat. Para penguasa yang diangkat oleh Belanda diusir dari daerah kekuasaannya seperti yang dilakukannya terhadap diri penguasa di Segeri. 

Pasukan-pasukan ekspedisi dikirimkannya ke daerah-daerah lainnya, dan mendekati pos-pos pasukan Belanda di sebelah selatan Bonthain, Bulukumba. Sementara itu, daerah pengaruh kekuasaan kerajaan Bone makin meluas, dan hampir meliputi seluruh Semenanjung Sulawesi Selatan. Dengan demikian, keadaan Belanda makin sulit dan terjepit. 

Situasi yang membahayakan ini mendorong gubernur jenderal untuk mengerahkan kekuatan militer yang masih ada padanya. Pos-pos yang masih berada di dalam kekuasaannya diperkuat. Penyerangan terhadap pasukan Bone direncanakan jika musim hujan tiba kelak. 

Diawasinya jalan yang menghubungkan daerah-daerah Leong-Leong dan Semangi dengan Makassar, yakni dengan mendirikan tiga buah benteng yang diperkuat dengan pasukan-pasukan bantuan yang telah didatangkan. Demikian pula benteng Belanda di Maros yang dipimpin oleh Mayor van Coeshoors diperkuat dengan 253 orang serdadu.

Topik Menarik