Kisah Sjahrir Infokan Jepang Kalah Tak Dipercaya Soekarno-Hatta, Berujung Penculikan Rengasdengklok

Kisah Sjahrir Infokan Jepang Kalah Tak Dipercaya Soekarno-Hatta, Berujung Penculikan Rengasdengklok

Nasional | okezone | Rabu, 14 Agustus 2024 - 06:07
share

JAKARTA - Sutan Sjahrir adalah orang pertama yang mengetahui kekalahan Jepang oleh Sekutu pada tahun 1945 melalui siaran radio luar negeri yang sering ia dengarkan. Sebaliknya, Soekarno dan Hatta masih meragukan informasi ini.

Sjahrir, yang rajin memantau perkembangan politik internasional melalui siaran radio Sekutu membuatnya memiliki informasi yang lebih mendetail dibandingkan kedua pemimpin tersebut.

Pada 10 Agustus 1945, Sjahrir sudah mengetahui bahwa Jepang akan menyerah setelah mendengar keputusan Presiden Amerika Serikat Harry Truman untuk menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Serangan ini diikuti oleh pidato Kaisar Hirohito di radio yang mengumumkan kekalahan Jepang.

Sjahrir menyampaikan informasi ini kepada Hatta. Namun, saat Soekarno dan Hatta kembali dari Saigon pada 14 Agustus 1945, mereka tetap skeptis dan mencari konfirmasi dari otoritas Jepang. Soekarno dan Hatta tetap percaya bahwa Jepang tidak mungkin kalah dalam perang.

"Soekarno dan Hatta belum percaya dan mencari konfirmasi dari pembesar/panglima Jepang," demikian dikutip dari buku Sutan Sjahrir, Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan (2010).

Mereka melanjutkan persiapan kemerdekaan dengan melibatkan anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Hal ini menimbulkan berbagai isu di kalangan pejuang kemerdekaan di Jakarta, termasuk penolakan Sjahrir dan beberapa pemuda terhadap proklamasi kemerdekaan yang dianggap sebagai buatan Jepang.

Sjahrir mendesak agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan dan menyiapkan pengikut klandestinnya di daerah untuk memproklamasikan kemerdekaan jika upaya di Jakarta gagal.

Dihimpun dari berbagai sumber, pada 15 Agustus 1945, di Cirebon, dr. Soedarsono, seorang pengikut Sjahrir, sempat membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan yang disusun oleh Sjahrir, namun teks tersebut kemudian hilang.

Situasi semakin kacau karena Soekarno dan Hatta tidak percaya bahwa Jepang telah kalah dan memilih jalur kooperatif, yang akhirnya memicu peristiwa Rengasdengklok. Para pemuda yang dipimpin oleh Sukarni menculik Soekarno dan Hatta dan membawa mereka ke Rengasdengklok untuk mendesak mereka memproklamasikan kemerdekaan di tempat yang bebas dari pengaruh Jepang.

Upaya ini tidak berhasil, dan melalui mediasi Ahmad Subardjo, Soekarno dan Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sjahrir, yang awalnya bekerja sama dengan Chaerul Saleh dan Sukarni, memutuskan untuk menjauh karena khawatir langkah-langkah pemuda tersebut akan mengarah pada petualangan politik.

Sejarah mencatat bahwa teks Proklamasi Kemerdekaan akhirnya disusun di rumah Laksamana Pertama Tadashi Maeda, seorang rekan dan teman baik Ahmad Subardjo.

Teks proklamasi tersebut kemudian diketik oleh Sayuti Melik pada bulan Ramadhan. Pada 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 WIB, Soekarno didampingi Hatta mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan RI di beranda rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.

Topik Menarik