Kemenkeu Ungkap Realisasi Subsidi Energi Rp56,9 Triliun hingga Mei 2024, Ini Rinciannya

Kemenkeu Ungkap Realisasi Subsidi Energi Rp56,9 Triliun hingga Mei 2024, Ini Rinciannya

Nasional | karawang.inews.id | Kamis, 27 Juni 2024 - 20:21
share

JAKARTA, iNewsKarawang. id-Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi subsidi energi hingga akhir Mei 2024 mencapai Rp56,9 triliun, dengan rincian subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Rp6,6 triliun, LPG tabung 3 Kg sebesar Rp26,80 triliun dan listrik sebesar Rp23,5 triliun.

"Penggunaan subsidi energi untuk BBM telah disalurkan sebanyak 5,57 juta kiloliter atau turun 1,0 dari periode yang sama tahun lalu,"kata Sri Mulyani.

Selanjutnya, LPG 3 kg realisasinya mencapai 2,7 juta metrik ton dan tumbuh 1,9 dari periode yang sama tahun lalu. Terakhir, subsidi listrik mencapai 40,4 juta pelanggan atau meningkat 3,1 dari periode yang sama tahun lalu.

Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata mengungkapkan, untuk subsidi tadi Rp56,9 triliun itu yang ditagihkan dan sudah dibayar, karena subsidi biasanya dibayarkan setiap bulan. "Tapi untuk kompensasi, kita bayarkan 3 bulan sekali setelah di audit oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) ataupun oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)," terangnya dalam kesempatan yang sama.

Menurut Isa, untuk saat ini, tagihan yang sudah masuk yaitu untuk triwulan pertama 2024. Katanya, tagihan kompensasi ini berasal dari PLN dan Pertamina dengan total Rp53,8 triliun.

Tapi, lanjut Isa, ini pun masih perlu diaudit oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenkeu yang diperkirakan akan rampung dalam beberapa minggu ke depan.

"Kami sampaikan, subsidi dan kompensasi 2023 sudah lunas semua dibayar oleh pemerintah. Kompensasinya totalnya adalah Rp201 triliun untuk Pertamina dan PLN," urainya.

Sementara itu, untuk triwulan I 2024 memcapai Rp53,8 triliun dan masih dalam proses audit oleh APIP.

"Dan untuk kuartal 2 2024, tentunya baru kita akan terima tagihannya mungkin sekitar akhir juni atau awal agustus. Untuk 2024 ini kita belum membayarkan kiartal I ya karena memang prosesnya sedang berlangsung," pungkas Isa.

Topik Menarik