Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, Saksi Bisu Perjuangan Ulama Masa Lalu

Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, Saksi Bisu Perjuangan Ulama Masa Lalu

Nasional | BuddyKu | Rabu, 29 Maret 2023 - 03:25
share

PURWAKARTA, iNews.id - Masjid Agung Baing Yusuf menjadi salah satu saksi bisu serta bukti penyebaran Islam di Kabupaten Purwakarta, masa lalu. Meski telah mengalami beberapa kali pemugaran, masjid yang telah berdiri kokoh sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1826 ini tetap menjadi kebanggaan masyarakat Purwakarta.

Masjid Agung Baing Yusuf, berlokasi di tengah jantung Kota Purwakarta atau tepatnya di Kampung Kaum sekitaran kompleks Setda Pemkab Purwakarta.

Awalnya, bangunan masjid ini berbentuk menyerupai padepokan yang bergaya khas Sunda. Masjid telah beberapa kali mengalami pemugaran, empat tiang penyangga yang berada di dalam serta dua menara kubah pada bagian samping masjid adalah ornamen asli yang sejak dulu sampai sekarang masih dipertahankan dan menjadi ciri khas dari masjid ini.

Selain bangunan, di masjid peninggalan Syekh Baing Yusuf ini masih bisa ditemukan berupa sebuah pedang yang biasa dibawa Baing Yusuf saat berdakwah. Kala itu pedang juga digunakan sebagai pegangan saat khutbah Jumat.

Pedang ini selalu dibawa saat beliau (Syekh Baing Yusuf) berdakwah, kata pengurus Masjid Agung Baing Yusuf, Iing Solihin, Rabu (29/3/2023).

Pendiri masjid agung adalah Syekh Baing Yusuf pada tahun 1826, yang merupakan keturunan ke-24 dari penguasa Tatar Pasundan Prabu Siliwangi.


Selain itu, Baing Yusuf atau bernama Syekh Muhammad Yusuf, lahir pada 1709 dan wafat 1856 merupakan seorang ulama dan penyebar Islam di Purwakarta. Syekh Baing Yusuf diketahui pula sebagai putra dari Raden Aria Djajanegara yang kala itu menjabat sebagai Bupati Bogor di abad ke-17.

Syekh Baing Yusuf melakukan penyebaran agama Islam secara lisan kepada warga ataupun sekelompok orang yang belum sempurna keislamannya. Atau sasaran pertamanya adalah badega di kutawaringin yang kini menjadi kawasan pasar tradisional.

Ulama mumpuni ini wafat tahun 1854 masehi dan dimakamkan di belakang masjid tersebut. Di area permakaman itu pun terdapat makam sejumlah tokoh lain dari pemimpin awal Kabupaten Kawarang dan Purwakarta.


Biasanya, makam Syekh Baing Yusuf selalu ramai dikunjungi penziarah, terutama ketika di bulan Mulud, atau menjelang Ramadhan. Penziarah yang datang umumnya berasal dari luar Purwakarta dan paling dominan berasal dari Banten. Pasalnya, Syekh Yusuf mempunyai murid di Banten, yakni Syekh Nawawi Al Bantani yang menjadi Imam Besar Masjidil Haram di masa itu.

Sementara itu, saat di bulan Ramadhan, Masjid Agung Baing Yusuf biasa digunakan jemaah untuk tadarus atau membaca Alquran. Tidak sedikit juga warga yang ngabuburit atau menunggu berbuka dengan menghabiskan waktu dengan beribadah di dalam masjid.

Topik Menarik