Asal Usul Nama dan Sejarah Probolinggo, Wilayah yang dijadikan Perang Paregreg
JAKARTA Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur . Luas wilayahnya mencapai 1.696,17 km2 yang 24 kecamatan, 5 kelurahan, dan 325 desa.
Dalam perjalannya, terdapat rangkaian sejarah yang menarik untuk dibahas. Diantaranya seperti asal usul dari nama probolinggo hingga sejarah pembentukannya menjadi wilayah administrasi.
Probolinggo merupakan sebuah pedukuhan kecil yang dikenal dengan nama Banger, sebuah nama yang diambil dari salah satu sungai yang mengalir di daerahnya.
Di bawah kekuasaan pemerintahan Majapahit, Banger kemudian berkembang menjadi Pakuwon atau tempat peristirahatan sementara.
Namun pada saat Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan Berkuasa, Banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan pun ikut turut serta dikuasainya.
Banger kemudian menjadi wilayah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramawardhana (Majapahit) yang dikenal dengan Perang Paregreg.
Dicopot dari Kepala BIN, Hubungan Jokowi dengan Budi Gunawan Tetap Harmonis Datang Bersama ke Aceh
Beralih pada masa penjajahan yakni pada tahun 1743, seluruh daerah di timur pasuruan kemudian dikuasai oleh VOC. Untuk menguasai wilayah ini, langkah pertama yang dilakukan oleh VOC adalah mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Pertama di Banger dengan gelar Tumenggung.
Kyai Djojolelono merupakan putra dari Boen Djolodrijo (Kiem Boen), Patih Pasuruan. Patihnya Bupati Pasuruan Tumenggung Wironagoro (Untung Suropati), Kompeni (VOC) terkenal dengan politik adu dombanya.
Saat menjabat sebagai Bupati, dirinya dipengaruhi oleh VOC untuk menangkap atau membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati yang turut memusuhi kompeni. Panembahan Semeru pun akhirnya terbunuh oleh Kyai Djojolelono.
Menyadari akan kekhilafannya dan pengaruh tipu daya kompeni. Pada tahun 1768 Kyai Djojolelono pun menyingkir dari istana dan meninggalkan jabatannya sebagai seorang Bupati serta berbalik arah dengan menentang dan melawan kompeni.
Sebagai pengganti Kyai Djojolelono, kompeni pun kemudian mengangkat Raden Tumenggung Djojonegoro, putra Raden Tumenggung Tjondronegoro, Bupati Surabaya ke 10 menjadi Bupati Banger kedua.
Berangkat dari politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono pun tetap memusuhi kompeni dan akhirnya ditangkap oleh Tumenggung Djojonegoro.
Setelah wafat, Kyai Djojolelono pun dimakamkan di pesarean Sentono, yang sampai saat ini dianggap oleh masyarakat sebagai makam keramat.
Di bawah kepemimpinan Tumenggung Djojonegoro, wilayah Banger kemudian tampak semakin makmur, penduduknya pun bertambah banyak. Masyarakat pun senang dan memberikan sebutan yang melekat padanya yakni, Kanjeng Djimat.Asal Usul Nama ProbolinggoPada tahun 1770, nama Banger oleh Tumenggung Djojonegoro diubah menjadi Probolinggo, Probo berarti sinar, Linggo berarti tugu, badan, tanda peringatan atau juga tongkat.
Sehingga jika digabung Probolinggo berarti sinar yang berbentuk tugu/gada/tongkat (nama tersebut kemungkinan merujuk pada penggambaran meteor atau bintang jatuh).
(bim)