Sejarah Stasiun Tanjung Priok, Pernah Digusur lalu Dibangun Lagi oleh Belanda
MENGULIK sejarah Stasiun Tanjung Priok yang merupakan salah satu stasiun peninggalan pemerintah Hindia Belanda. Karena memiliki nilai historis yang tinggi, stasiun kereta api kelas II di Tanjung Priok, Jakarta Utara ini sudah dijadikan cagar budaya sekaligus objek wisata sejarah.
Tanjung Priok merupakan kawasan bersejarah. Sejak dulu, Tanjung Priok adalah pintu masuk Batavia sekaligus Hindia Belanda. Pelabuhan Tanjung Priok yang dibangun kolonial Belanda masih bersungsi dengan baik dan jadi pelabuhan tersibuk di Indonesia.
Nah, di seberang Pelabuhan Tanjung Priok ada stasiun kereta api Tanung Priok yang legendaris dengan ketinggian 4 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Stasiun Tanjung Priok. (Dok Okezone.com)
Mengutip dari Heritage.kai.id , Stasiun Tanjung Priok telah ditetapkan menjadi cagar budaya berdasarkan SK Gubernur Nomor 475 tahun 1993 dan SK Menbudpar Nomor PM. 13/PW.007/MKP/05 pada tahun 2005.
Pembangunan stasiun ini tidak terlepas dari padatnya Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan jalan utama untuk menuju Batavia pada masa kolonial.
Tujuan pembangunan stasiun ini sendiri adalah untuk menjadi sarana transportasi yang aman untuk mengantar barang dagangan dan juga
wisatawan. Hal ini lantaran pada masa lampau, daerah Jakarta Utara masih didominasi oleh hutan dan rawa-rawa yang berbahaya.
Mengutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan Jakarta , pembangunan Stasiun Tanjung Priok terbagi dalam dua periode.
Pada periode pertama, Stasiun Tanjung Priok dibangun tepat di atas dermaga. Stasiun ini dibangun oleh Burgerlijke Openbare Werken pada tahun 1883 dan resmi dibuka berbarengan dengan pembukaan Pelabuhan Tanjung Priok pada 1885.
Pengelolaan Stasiun Tanjung Priok sepenuhnya dipegang oleh perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial bernama Staatsspoorwegen (SS).
Pada akhir abad ke 19 hingga memasuki abad ke 20, terjadi peningkatan aktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini membuat Stasiun Tanjung Priok harus digusur.
Sebagai gantinya dibangunlah Stasiun Tanjung Priok periode kedua di sebelah Halte Sungai Lagoa pada 1914.
Komitmen dan Strategi Keberlanjutan SIG Diganjar Peringkat Gold dalam Asia Sustainability Reporting
Pembangunan Stasiun Tanjung Priok periode kedua dipimpin oleh arsitek bernama Ir. C.W. Koch. Proses pembangunan stasiun ini mengerahkan sekitar 1700 pekerja dengan 130 di antaranya merupakan pekerja asal Eropa. Dan pada akhirnya stasiun ini resmi dibuka pada 6 April 1925 bersamaan dengan peluncuran kereta listrik pertama rute Priok-Meester Cornelis (Jatinegara).
Setelah kemerdekaan Indonesia, Stasiun Tanjung Priok sempat berhenti beroperasi pada tahun 1999 dan mulai beroperasi kembali pada 13 April 2009 hingga sekarang. Sebelum dioperasikan kembali, stasiun ini sempat mengalami renovasi.
Renovasi dilakukan tanpa merubah bentuk dan keaslian dari bangunannya. Dengan demikian, stasiun ini dapat beroperasi dengan baik untuk keperluan transportasi dan juga dapat menjadi tempat untuk studi wisata sejarah.
Itulah sejarah Stasiun Tanjung Priok.