Reboisasi Dapat Meningkatkan Ketahanan Air di Asia-Pasifik

Reboisasi Dapat Meningkatkan Ketahanan Air di Asia-Pasifik

Nasional | koran-jakarta.com | Senin, 14 November 2022 - 22:35
share

SINGAPURA - Menanam hutan dapat membantu menyerap karbon dioksida yang memanaskan planet di atmosfer. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa upaya reboisasi juga dapat meningkatkan ketahanan air untuk beberapa wilayah di Asia-Pasifik.

Dilansir oleh The Straits Times , temuanpara peneliti dari National University of Singapore (NUS) Center for Nature berbasis Solusi Iklim menunjukkan,jika semua area yang cocok untuk pertumbuhan hutan di Asia-Pasifik ditanami, curah hujan akan meningkat di empat dari 15 wilayah yang kekurangan air.

Para peneliti mempertimbangkan daerah yang dapat mendukung pertumbuhan hutan. Ini tidak termasuk padang rumput dan sabana, serta ruang yang digunakan oleh manusia, seperti lahan pertanian dan daerah pedesaan yang padat penduduk.

Berdasarkan hal ini,penelitian tersebut menentukansekitar 276 juta hektare lahan di Asia-Pasifik, lebih dari 10 kali ukuran Inggris, cocok untuk reboisasi. Dari empat daerah kering yang dapat memperoleh manfaat dari lebih banyak curah hujan karena reboisasi regional, tiga berada di Tiongkok yakni Dataran Tinggi Loess-Tiongkok Utara, Dataran Yangtze, dan Tiongkok Tenggara.

Daerah aliran sungai Irrawaddy, yang sebagian besar terletak di Myanmar tetapi juga membentang di sebagianTiongkokdan India, juga akan mendapat manfaat dari peningkatan curah hujan.

"Tetapi bagian lain dari Asia-Pasifik berpotensi mengalami penurunan curah hujan tahunan total," kata penulis utama studi tersebut, Teo Hoong Chen.

Temuan penelitian, yang menganalisis model yang melihat interaksi antara penggunaan lahan dan kelembaban atmosfer, menunjukkan bahwa dari 15 wilayah, Australia timur berpotensi mengalami penurunan curah hujan tahunan dari reboisasi regional.

Menurut Teo, studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan dampak reboisasi pada siklus air di kawasan itu.

"Reboisasi muncul sebagai salah satu solusi paling menarik untuk mengatasi perubahan iklim, dan juga dapat menawarkan banyak manfaat tambahan lainnya, seperti konservasi keanekaragaman hayati," katanya.

"Tapi reboisasi bisa berdampak jauh lebih kompleks pada neraca air regional.Ini karena hutan adalah konsumen sekaligus pemasok air," tambah Teo.

Sebagai konsumen air, habitat ini menarik air dari tanah melalui akarnya dan melepaskannya ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi, yang terjadi ketika pohon melepaskan uap air melalui daunnya. Ketika hutan melepaskan air ke atmosfer, mereka membantu meningkatkan kelembapan di udara.

Ini merangsang pembentukan awan hujan, baik di atas cekungan hutan atau di tempat lain, karena kelembapan udara dapat terbawa angin dalam jarak jauh.

Misalnya, model yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Dataran Tinggi Loess, Tiongkok Utara dapat memperoleh manfaat dari kelembapan yang dibawa dari reboisasi di Tiongkok barat daya dan Dataran Yangtze di musim panas.

Bahkan melalui musim dingin,studi tersebut menemukanketika angin bertiup dari daerah utara yang lebih dingin memindahkan udara yang sarat kelembaban dari dataran, masih ada peningkatan curah hujan tahunan secara keseluruhan.

Teo mengatakan bahwa di India danTiongkok, angin muson di musim panas mengangkut uap air dari lautan melalui lahan yang luas.

"Ini berarti bahwa daerah pedalaman menikmati curah hujan yang lebih sedikit daripada tempat-tempat yang lebih dekat ke laut, dan dapat memperoleh manfaat dari lebih banyak kelembapan yang disebabkan oleh reboisasi," tambahnya.

Namun, temuan penelitian bahwa wilayah Irrawaddy di Asia Tenggara dapat memperoleh manfaat dari peningkatan curah hujan sangatlah mengejutkan. "Daratan Asia Tenggara bukanlah daratan yang besar, namun ada beberapa peningkatan curah hujan," kata Teo.

Direktur Pusat Solusi Iklim Berbasis Alam NUS,Koh Lian Pin,mengatakan, temuan tersebut menunjukkan bahwa solusi berbasis alam seperti reboisasi dapat melakukan lebih dari sekadar membantu menurunkan karbon dioksida yang menghangatkan planet di atmosfer.

Penelitian sebelumnya dari pusat telah menunjukkan bahwa hutan yang sehat juga dapat meningkatkan hasil pertanian dari pertanian terdekat, meningkatkan kualitas air untuk pemukiman di sekitarnya dan membantu konservasi keanekaragaman hayati.

Koh, yang mengawasi studi Teo, mengatakan bahwa dari 15 daerah rawan air di Asia-Pasifik, 14 melintasi batas negara bagian atau provinsi domestik, sementara lima transnasional. Ini menyoroti perlunya kerja sama dan kebijakan lintas batas.

"Ada potensi besar untuk penelitian lebih lanjut tentang reboisasi sebagai solusi berbasis alam lintas batas untuk mitigasi iklim, serta untuk ketahanan air dan pangan,"katanya.

Ketahanan air adalah isu yang sedang dibahas di KTT iklim PBB,Conference of The Parties 27 (COP27),pada Senin (14/11)telah ditetapkan oleh negara tuan rumah Mesir sebagai Hari Air.

Diskusi akan mencakup isu-isu yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, termasuk kelangkaan air, kekeringan, kerjasama lintas batas dan peningkatan sistem peringatan dini.

Topik Menarik