Mengenal Komunitas Sekolah Marjinal
RADAR JOGJA Mendapatkan pendidikan adalah hak semua warga negara, tanpa terkecuali. Untuk itu,Komunitas Sekolah Marjinal (KSM)berupaya mengenalkan dunia pendidikan kepada anak-anak yang berasal dari keluarga terpinggirkan. Agar mereka bisa hidup layak dan tak lagi terjerat oleh kungkungan sebagai minoritas.
Terbentuk sejak 10 November 2019, KSM melihat kondisi mayarakat di beberapa sudut Kota Jogja cenderung tidak diperhatikan. Tidak hanya masalah pendidikan anak-anak. Namun juga pada kesehatan, bahkan permasalahan identitas diri. Maka para founder mencoba mengadakan kegiatan kecil-kecilan di lapak pemulung Kledokan untuk bermain dan belajar bersama anak anak pemulung di sana, kata ketua KSM Nur Fatah saat dihubungi Radar Jogja.
Saat itu, KSM masih bernama Komunitas Sekolah Pemulung (KSP). Dan berkerjasama dengan beberapa komunitas seperti Komunitas Pelajar Peduli. Di awal sekolah terbentu, tak sedikit warga yang mempermasalahkan. Terkait lapak pemulung yang berdiri di permukiman warga. Namun lambat laun hingga digusurnya lapak tersebut, kami mencoba pendekatan mulai dari RT/RW dan pemerintah desa, bebernya.
Hambatan lain juga datang dari pemerintah desa dan pemangku kebijakan. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk membantu warga lapak mendapatkan hak sosial dan pendidikan yang layak, namun karena beberapa birokrasi yang panjang dan cenderung menyulitkan masyarakat marjinal. Tentu hal ini menjadi hambatan kami dalam menjalankan progam, sambung Fatah.
Kemudian juga warga yang nomaden, juga menjadi hambatan tersendiri. Khususnya bagi mereka yang punya anak dan akan dibantu mengurus adminstrasi hingga sekolah formal. Jika berpindah-pindah seperti itu, akan menyulitkan kami memantau perkembangan anak-anak tersebut, ungkap Fatah.
Secara garis besar, KSM memiliki program dan tujuan yang mencakup tiga aspek. Yakni pendidikan, kesehatan, dan advokasi identitas. Program pendidikan sendiri menjadi kegiatan rutin komunitas seperti mengajar anak-anak pemulung. Intensif dalam monitoring output-nya seperti pembuatan rancangan program pembelajaran (RPP) harian dan bulanan, program kejar paket anak putus sekolah dan kegiatan kelas inspirasi dan outing class bagi anak anak pemulung, jelasnya.
Kegiatan pembelajaran ini kemudian dinilai melalui proses evaluasi divisi kurikulum. Agar setiap anak dapat timbal balik dengan konsistensi kenaikan grade dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pada program kesehatan, KSM juga membantu para warga yang kesusahan mendapat akses ke fasilitas kesehatan. Hal ini mencakup monitoring profil kesehatan dan penyakit warga lapak pemulung, program puskesmas jalanan, dan posyandu jalanan. Dalam melaksanakan programnya, KSM bekerjasama dengan komunitas lain. Seperti Harapan Fian dan MER-C.
Sekolah pertama KSM, lanjut Fatah, berada di lapak pemulung Kledokan. Sebelum akhirnya digusur pada pertengahan 2022. Warga dan anak-anak lapak pemulung Kledokan kemudian dipindahkan ke Tambak Bayan. Lapak tersebut lalu dinamai Sekolah Marjinal. Dengan harapan anak-anak yang dimitigasi dapat fokus kembali menggapai pendidikan yang layak sesuai anak sebayanya, beber Fatah.
Kini, KSM memiliki tiga tempat untuk menggelar kegiatan mereka. Selain di Tambak Bayan, juga ada di Jombor dan Badran. Dukuh Trini menjadi sasaran pembelajaran karena adanya semangat dari anak-anaknya untuk mengembangkan literasi. Latar belakang Kampung Badran sendiri memiliki keunikan yang beragam, anak-anak di sana memiliki beberapa permasalahan domestik, sebutnya.
Kegiatan KSM di Badran lebih mengarah pada fun learning dan kebebasan belajar. Jadi anak-anak di Badran diajak untuk meng-eksplore kreativitas dan permainan yang memiliki maksud dan tujuan yang relevan dengan materi pembelajaran seperti membca menulis berhitung. Selain itu anak-anak yang putus sekolah di sana juga kami dampingi dalam proses belajarnya, sambung Fatah.
Saat ini ada sekitar 95 anggota, baik pengurus dan relawan yang aktif di KSM. Pasangan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono juga tergabung sebagai relawan di KSM. Namun berstatus tidak aktif karena berbagai kesibukan. Kami tetap berkomunikasi baik dengan dia (Erina, Red) dan sering mendiskusikan permasalahan pendidikan marjinal di Jogja, ucap Fatah.
Dia pun berharap, KSM dapat menyekolahkan anak-anak yang mereka ajar dan mendapatkan hak pendidikan dan sosial yang layak. Selain itu, kami juga berharap progam baru yang akan kami rilis yakni kakak asuh dan orang tua asuh serta assesment pemetaan anak jalanan dapat berjalan dengan lancar. Karena dua program itu dapat menjadi perluasan manfaat KSM di masyarakat, tandasnya. (cr5/eno)