Pernyataan Biaya Transisi Energi Mahal Dinilai Menyesatkan
JAKARTA - Pernyataan sejumlah pejabat kalau biaya transisi energi dari energi kotor seperti batu bara ke energi baru terbarukan (EBT) sangat mahal ternyata keliru. Statemen itu terbantahkan oleh hasil penelitian ilmiah dari Imperial College Busines School yang menunjukkan justru peralihan yang lebih cepat ke EBT akan memberi keuntungan yang lebih besar.
Pejabat-pejabat yang kerap melontarkan tingginya biaya tersebut bisa dinilai sebagai upaya mereka tetap memberi ruang pemanfaatan energi kotor seperti batu bara, padahal tuntutan dunia semakin menguat ke EBT.
Pengamat Energi dan Lingkungan, Siti Shara, mengatakan biaya untuk transisi ke EBT itu tidak mahal seperti yang kerap dibayangkan banyak orang. Anggapan pejabat yang menilai biaya beralih ke EBT itu mahal sebenarnya sudah terbantahkan melalui hasil riset ilmiah. "Jelas tidak bisa diterima, karena investasi EBT adalah investasi jangka panjang dan berkelanjutan, menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi," tegas Siti.
Penggunaannya pun dapat dilakukan dengan skala kecil dengan sistem desentralisasi.
Manfaat Sosial
Momen Prabowo Temui Raja Charles III di Buckingham Palace Bicarakan Pelestarian Lingkungan
Sementara itu, para peneliti dari Imperial College Business School mengatakan, mengganti batu bara dengan energi terbarukan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Transisi dari batu bara ke energi terbarukan akan setara dengan manfaat sosial senilai 78 triliun dollar AS.
"Nilai keuntungan sosial itu diperoleh dari lebih sedikitnya kerusakan akibat perubahan iklim dan mengurangi bahaya bagi kesehatan mereka," sebut laporan tersebut.
Menurut penelitian, yang ditulis bersama oleh Patrick Bolton, Pakar Keuangan dan Ekonomi di Center for Climate Finance and Investment, keuntungan bersih dari beralih ke sumber energi terbarukan akan menjadi 77,89 triliun dollar AS hingga akhir abad ini.
Untuk menghitung biaya penggantian batu bara dengan energi terbarukan, para peneliti memperhitungkan biaya belanja modal untuk membangun kapasitas energi terbarukan yang setara dengan pembakaran batu bara, serta biaya kompensasi perusahaan batu bara atas kerugian ekonomi mereka.
Kasat Reskrim AKP Ryanto Ulil Anshar Ditembak Mati AKP Dadang, Jasad Diberangkatkan ke Makassar
"Hasilnya sangat jauh dari kesimpulan kalau mengganti batu bara dengan energi terbarukan akan terlalu mahal. Kami menemukan manfaat ekonomi yang besar dari penghapusan batu bara secara bertahap, yang kami sebut sebagai arbitrase karbon yang hebat," kata Patrick Bolton.
Untuk manfaat bersih sosialnya juga sangat besar, misalnya keuntungan dari polis asuransi yang lebih murah. Dengan membayar premi, seseorang memperoleh pertanggungan untuk kemungkinan kerusakan yang sangat besar. "Ini merupakan tantangan besar. Tetapi, analisis kami menunjukkan bahwa keuntungan sosial dari investasi ini jauh melebihi biayanya," kata Bolton.
Penelitian itu dilakukan bersama antara Tobias Adrian dari Dana Moneter Intrrnasional (IMF) dan Alissa M. Kleinnijenhuis dari Stanford Institute for Economic Policy Research dan Institute for New Economic Thinking di University of Oxford.