Senjata Perang Mematikan Zaman Kerajaan di Nusantara, dari Keris sampai Meriam
JAKARTA, iNews.id - Ada beberapa senjata perang mematikan pada zaman kerajaan di Nusantara. Sebagian besar senjata-senjata tersebut merupakan hasil pengembangan di masing-masing kerajaan sehingga kaya akan nilai identitas dan budaya.
Seperti diketahui masa kerajaan di Nusantara diwarnai dengan peperangan, merebut atau mempertahankan wilayah kekuasaan. Persenjataan yang digunakan umumnya masih mengandalkan ketajaman serta ada beberapa yang menggunakan peluru atau meriam.
Berikut senjata perang mematikan zaman kerajaan di Nusantara:
1. Keris
Keris juga tak kalah mematikan. Senjata tajam untuk pertarungan jarak dekat ini sudah dikenal sejak Mataram Hindu. Selain sebagai senjata, keris juga bisa meninggikan status seorang raja.
Bentuknya pun indah karena dilengkapi ukiran gagang. Namun, di balik keindahannya, badan keris yang dibentuk meliuk-liuk mampu merobek bagian tubuh. Salah satu keris yang dikenal adalah Sungginan yang berasal dari Bali.
Diperkirakan dibuat antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17, keris sepanjang 48 sentimeter itu menjadi senjata khas Kerajaan Majapahit.
Ketika Indonesia di masa penjajahan, keris juga digunakan sebagai senjata perang untuk melawan Belanda. Namun saat ini, keris digunakan sebagai benda pusaka serta pelengkap busana dalam upacara adat.
2. Tombak Kanjeng Kiai Pleret
Tombak Kanjeng Kiai Pleret merupakan senjata pusaka milik Raja Mataram Islam pertama Panembahan Senopati, Danang Sutawijaya. Tombak ini mempunyai panjang 3,5 meter.
Tombak Kanjeng Kiai Pleret digunakan saat perang melawan Arya Penangsang. Dengan Tombak ini, Panembahan Senopati dapat melukai Arya Penangsang yang sakti mandraguna serta mempunyai ilmu kebal. Arya Penangsang pun tewas akibat tusukan tombak ini.
3. Tombak Kanjeng Kiai Baru Klinting
Tombak Kanjeng Kiai Baru Klinting merupakan senjata milik Ki Ageng Mangir Wanabaya dari Kerajaan Mataram Islam. Namun akhirnya senjata ini jatuh ke tangan keturunan Panembahan Senopati yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Saat itu Tombak Kanjeng Kiai Baru Klinting digunakan Ki Nayadarma sang Lurah Kapedak untuk berperang melawan Adipati Pati Pragola II yang memberontak terhadap kekuasaan Mataram. Diketahui, tubuh Adipati Pati Pragola II yang dikenal tidak mempan senjata, bisa dirobek Tombak Baru Klinting yang dipakai Ki Nayadarma.
4. Meriam Cetbang
Meriam cetbang awalnya dibuat menggunakan bahan perunggu. Kemudian pada abad ke-16 diproduksi menggunakan besi. Meriam cetbang mempunyai berbagai ukuran laras, mulai dari 1 hingga 3 meter.
Meriam cetbang berukuran 3 meter biasanya diletakkan di kapal perang Kerajaan Majapahit yang disebut Jong Majapahit. Sedangkan meriam cetbang berukuran 1 meter digunakan oleh perorangan seperti senjata peluncur roket saat ini.
Teknologi senjata bubuk mesiu mulai diperkenalkan pada masa Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama. Meriam cetbang digunakan sebagau senjata antipersonel.
Pada abad ke-17, prajurit di Nusantara bertempur di punggung kapal yang biasa disebut \'balai\'. Meriam ditembakkan menggunakan peluru scattershot yang langsung menyebar begitu diletupkan. Hal ini membuat meriam cetbang efektif menghancurkan musuh.