Contoh Ceramah Tarawih Keutamaan Malam ke 27 Ramadhan
JAKARTA - Ceramah tarawih keutamaan malam ke 27 Ramadhan layak disimak. Tarawih juga diyakini dapat menambah pahala kita untuk persiapan ketika menghadapi jembatan sirotol mustaqim kelak.
Tindakan, hal-hal yang dipilih manusia saat melewati jembatan sirotol mustaqim akan menentukan apakah mereka akan berakhir di surga atau neraka. Adapun fadhilah sholat tarawih malam ke 27 yakni, dimudahkan lewat jembatan sirotol mustaqim.
وَفِى اللَّيْلَةِ السَّابِعَةِ وَاْلعِشْرِيْنَ جَازَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عَلَى الصِّرَاطِ كَاْلبَرْقِ اْلخَاظِفِ.
Artinya:
Pada malam yang ke-27, di hari kiamat dia melewati jembatan (sirotol mustaqim) dengan mudah lagi cepat laksana halilintar menyambar.
Dilansir dari berbagai sumber pada Rabu (26/3/2025), Okezone telah merangkum ceramah tarawih keutamaan malam ke 27 ramadhan, sebagai berikut.
Ceramah Tarawih Keutamaan Malam ke 27 Ramadhan
Assalamualaikum Wr.Wb.
Setiap manusia akan melewati jembatan di atas api neraka. Ia adalah jembatan shirath. Setiap manusia, setiap muslim, semua kita. Allah berfirman:
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا
“Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali pasti melewatinya.” (QS. Maryam[19]: 71)
Jembatan shirath itu kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
أَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ
“Lebih tajam daripada pedang.”
Dan lebih lembut daripada rambut, ia sangat licin.
فِيهِ خَطَاطِيفُ وَكَلَالِيبُ
“Padanya terdapat pencaplok dan kail-kaill yang siap mencaplok orang-orang yang melewatinya.”
Di saat itulah para Nabi dan Rasul berdoa:
اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ
“Ya Allah, selamatkan, selamatkan.”
Lalu berdirilah di samping kanan dan kiri dari jembatan Ash-Shirath itu amanah dan silaturrahim untuk menyaksikan setiap orang yang melewatinya.
Subhanallah, itu pasti terjadi dan pasti karena sesungguhnya itu diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Dan Ash-Shirath yang terbentang di atas api neraka adalah gambaran Ash-Shirath yang terbentang dan Allah pancangkan di dunia ini. Yaitu yang senantiasa kita minta kepada Allah:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Berikan kepada kami Ya Allah hidayah menuju Ash-Shirath Al-Mustaqim.” (QS. Al-Fatihah[1]: 6)
Akan tetapi, saudaraku.. Untuk meniti jalan Ash-Shirath di dunia ini pun ternyata tidak mudah. Kalau di atas api neraka Shirath yang terbentang itu lebih tajam daripada pedang, demikian pula Shirath yang ada di dunia ini. Setiap orang yang melewati Shirath yang terbentang di dunia ini pasti diberikan ujian demi ujian dalam hidupnya. Ujian yang menyaring keimanan, karena itu sudah perkara yang pasti dan pasti setiap orang yang mengatakan saya beriman, maka dia akan diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan berkata ‘kami beriman’ sementara dia tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut[29]: 2)
Diuji dengan perintah, diuji dengan larangan, diuji dengan syahwat, diuji dengan syubhat, diuji dengan berbagai macam ujian berupa sakit, malapetaka, penyakit dan yang lainnya.
Ummatal Islam, akan tetapi ujian terberat yang kita hadapi di dunia ini adalah ujian syahwat dan syubhat. Di situ banyak kaki-kaki yang tergelincir. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika mensifati shirath yang terbentang di atas api neraka, ternyata kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ
“Licin, membuat kaki tergelincir.”
Banyak di antara kita tergelincir ketika menghadapi ujian syahwat di mata kita.
Shirath yang terbentang di atas api neraka itu, kata Rasulullah bahwa di atasnya ada kail dan pencaplok. Demikian pula kita hidup di dunia, ketika berusaha berpegang diatas sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di atas Ash-Shirath Al-Mustaqim, di sana setan berusaha untuk mencaplok kita, mengkail kita. Setan ingin bagaimana kita tidak istiqamah di atas Ash-Shirath Al-Mustaqim tersebut. Setan ingin agar kita menjadi pengikut-pengikutnya. Itu sudah menjadi janji iblis. Ketika dikeluarkan dari surga, iblis berkata:
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
“Karena Engkau telah menyesatkan aku Ya Allah, aku akan sesatkan hamba-hambaMu dari jalanMu yang lurus.” (QS. Al-A’raf[7]: 16)
Berbagai macam cara setan untuk mengkail kita, untuk menyesatkan kita dari Shirath Al-Mustaqim tersebut.
Maka, saudaraku.. Keadaan kita ketika melewati jembatan shirath di atas api neraka, kata Al-Imam Ibnul Qayyim, sama dengan keadaan ketika kita melewati shirath di dunia ini. Di sana ada -kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- yang melewati jembatan shirath bagaikan kilat, ada lagi yang melewati jembatan shirath bagaikan kuda-kuda yang berlari cepat, ada lagi yang seperti manusia yang berlari, ada lagi yang berjalan, ada lagi yang tertatih-tatih walaupun dia akhirnya selamat.
Demikian seseorang ketika melewati jembatan shirath, mengikuti keadaan ketika ia melewati shirath yang ada di dunia ini. Siapa yang ingin selamat ketika melewati jembatan shirath itu, hendaklah kita istiqamah di atas jalan yang lurus.
Wassalamualaikum Wr.Wb.