143 Hektare Sawah di Konawe Terancam Gagal Tanam Akibat Kurangnya Pasokan Air Bendungan Ameroro

143 Hektare Sawah di Konawe Terancam Gagal Tanam Akibat Kurangnya Pasokan Air Bendungan Ameroro

Nasional | kendari.inews.id | Kamis, 3 April 2025 - 13:30
share

KONAWE, iNewsKendari.id - Sebanyak 143 hektare sawah di Desa Ameroro, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) terancam gagal tanam. 

Pasokan air dari Bendungan Ameroro, yang diresmikan oleh Presiden ke-7 Joko Widodo pada tahun 2024, tidak berhasil menjangkau area persawahan tersebut.

Astamar, salah satu petani Desa Ameroro, mengungkapkan bahwa kondisi ini sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Ia mengatakan sebelum adanya Bendungan Ameroro, kebutuhan air untuk persawahan selalu terpenuhi. 

"Selama ini kami cukup air, tapi musim ini sampai sekarang air belum sampai di sawah," kata Astamar, Kamis (4/4/2025).

Musim tanam padi sawah sebenarnya telah berlalu sejak pertengahan Maret 2025. Namun, hingga kini para petani belum dapat memulai proses penanaman padi. Bahkan, menggarap tanah pun terhambat akibat minimnya pasokan air, meski jarak sawah dengan Bendungan Ameroro hanya sekitar 3 kilometer.

Beberapa petani yang memiliki pompa air mencoba menyedot air buangan untuk memenuhi kebutuhan sawah mereka. Namun, bagi mereka yang tidak memiliki alat tersebut, hanya bisa pasrah.

 

Suardi, petani lainnya, mengatakan bahwa langkah ini dilakukan untuk mengejar waktu tanam. 

"Kami terpaksa memompa air buangan untuk kebutuhan sawah agar bisa menanam sesuai jadwal. Kalau pasokan air masih tidak sampai, kami tidak bisa panen tahun ini," jelas Suardi.

Seldan Jupri, petani lain, juga menggunakan metode yang sama. Namun, Jupri mengaku biaya produksi bertambah karena harus membeli bahan bakar untuk mesin pompa.

Pengamat D.I Ameroro, Asman, mengungkapkan minimnya pasokan air disebabkan oleh keberadaan bangunan ukur ambang lebar di jalur pengaliran air. Menurutnya, bangunan ini menghambat aliran air ke petak tersier yang terjauh.

"Pengaliran air yang seharunya normal sampai ke kotak tersier paling ujung, paling bawah itu tersampai, tapi setelah ada bangunan ukur ambang lebar ini ada berapa kelompok yang sampai sekarang belum tersentuh dengan pengaliran airnya," ungkap Asman.

Keluhan kekurangan pasokan air ini disampaikan oleh tiga Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yakni, Sumber Rejeki 78 hektare fungsional, Saramose 30 hektare fungsional, Humboto 35 hektare fungsional.

Masalah ini telah dikoordinasikan dengan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS), namun hingga kini belum ada solusi yang konkret. Harapannya, bangunan ukur ambang lebar tersebut segera dibongkar dan diperbaiki untuk memastikan kelancaran pasokan air.

Para petani berharap pemerintah segera memberikan solusi agar mereka dapat kembali bertani dan memanen hasil sawah mereka.

Topik Menarik