Kisah Pilu Jogokaryo II, Bupati Pacitan Baru Dilantik Tewas Dirujak Pasukan Pangeran Diponegoro

Kisah Pilu Jogokaryo II, Bupati Pacitan Baru Dilantik Tewas Dirujak Pasukan Pangeran Diponegoro

Infografis | sindonews | Minggu, 27 Oktober 2024 - 07:23
share

BUPATI Pacitan Jogokaryo II yang baru dilantik harus meregang nyawa usai meladeni perlawanan pasukan pejuang. Konon perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro memerangi Belanda dan kaum pribumi, yang berkoalisi melawan Belanda serta sekutunya.

Di perlawanan itu, Bupati Pacitan yang konon pro Belanda tewas di tangan pasukan Pangeran Diponegoro, yang dianggap sebagai memberontak. Saat itu Pacitan memang masuk wilayah kekuasaan Keraton Yogyakarta usai beralih kekuasaan dari Kerajaan Mataram.

Mas Sumodiwiryo atau yang akrab dengan Mas Tumenggung Jogokaryo II merupakan anak dari Bupati Pacitan sebelumnya Mas Tumenggung Jogokaryo. Suksesor pergantian kepemimpinan sempat terjadi di wilayah Pacitan, yang diputuskan oleh Keraton Yogyakarta.

Keputusan mengejutkan dari Keraton Yogyakarta itu mengakibatkan keterkejutan Jogokaryo I. Jogokaryo I mendengar Keraton Yogyakarta.

Hal itu dikutip dari buku Kisah Brang Wetan: Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan, terjemahan Karsono Hardjoseputro, menggantinya dan menunjuk sang anak Mas Sumodiwiryo.

Tetapi keputusan Keraton Yogyakarta itu mau tidak mau, harus diikutinya. Bahkan penyiapan anak sulungnya Mas Karyodipuro, yang diskenariokan sebagai penerusnya tidak terwujud. Alhasil Mas Sumodiwiryo pun naik tahta menjadi Bupati Pacitan menggantikan ayahnya.

Keputusan itu mau tidak mau diterima oleh Jogokaryo I. Apalagi saat itu konon kondisi Pacitan tengah tidak stabil secara keamanan. Pasukan pejuang di bawah komando Pangeran Diponegoro, yang disebut oleh Belanda sebagai pemberontak itu tengah mengepung Pacitan.

Dari sekian berandalan yang bermaksud memberontak bupati yang baru dilantik adalah Kiai Bagor dan Irorono, yang berstatus Lurah Gedangan. Suatu waktu konon Kiai Bagor beserta orang-orangnya dengan senjata lengkap berangkat menyerang Kota Pacitan.

Kiai Bagor yang lumpuh ditandu oleh pasukannya, sedangkan Irorono naik kuda diiringi sekitar 50 orang pasukan di kanan kirinya. Rombongan pemberontak ini bisa menerobos beberapa pos pemeriksaan, hingga memasuki pendopo.

Mereka masuk dengan dalih polisi desa yang membawa penjahat untuk diserahkan ke kota. Di Pendopo Pacitan tanpa tading aling-aling para pemberontak itu langsung berteriak-teriak sambil mengambil tombak, telempak, dan persenjataan lain yang sudah disiapkan sebelumnya.

Sang bupati yang baru terpilih Mas Tumenggung Jogokaryo II atau yang bergelar Mas Tumenggung Jogonagoro terkejut dengan kemunculan berandalan pemberontak di pendopo.

Sang bupati pun langsung dikeroyok ramai-ramai oleh pemberontak. Pejabat pendopo lainnya Demang Ngemplak yang melihat bupati terdesak menghadapi berandalan bersenjata lengkap mencoba memberi perlawanan membantu Mas Tumenggung Jogonagoro.

Tetapi karena musuh sangat banyak, senjata keris yang diambilnya tak berarti banyak. Demang Ngemplak itu pun tewas tertusuk senjata lawan. Alhasil Mas Tumenggung Jogokaryo II berjuang sendirian menghadapi para pemberontak.

Pada mulanya dia dapat menghindari serangan para pemberontak dan berbagai senjata tidak mempan, tetapi karena sedemikian banyak senjata yang mengenai tubuhnya, akhirnya hancur bagian dalamnya dan kemudian roboh, tak lama kemudian tewas.

Setelah tahu Mas Tumenggung Jogonagoro meninggal, para pemberontak bersorak-sorak keluar dari pendopo kabupaten, kemudian saling mengajak merampok dan membakar rumah-rumah. Begitulah akhir tragis Bupati Pacitan yang baru menjabat 40 hari.

Topik Menarik