SKK Migas Dorong Realisasi Target 1 Juta Barel Minyak dan 12 BSCFD Gas
SKK Migas ( Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) terus berupaya mendorong percepatan target produksi satu juta barel minyak dan 12 BSCFD gas. Di tengah upaya pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19, pemerintah pun terus berupaya mencari berbagai terobosan untuk meningkatkan produksi migas.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target lifting minyaksebesar1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. Dikutip dari website SKK Migas Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menekankan, sektor hulu migas Tanah Air diharapkan dapat meningkatkan kinerja pada tahun ini untuk mencapai target jangka panjang pada 2030 mendatang.
Menurut Dwi, industri hulu migas harus dapat mengambil momentum harga migas yang saat ini sedang tinggi. Tingginya harga minyak dunia, bisa memberi kontribusi optimal terhadap penerimaan negara.
Salah satunya dengan cara mempercepat dan meningkatkan pelaksanaan program kerja 2022.Menurut Dwi, migas masih akan terus berperan dan dibutuhkan dalam pembangunan.
Berdasarkan data SKK Migas pada 2021, penerimaan negara dari hulu migas mencapai US$ 14,03 miliar atau mencapai 193 persen dari target APBN 2021 sebesar US$ 7,28 miliar.
Dari sisi Reserves Replacement Ratio (RRR), pada 2021 terdapat penemuan cadangan sebesar sekitar 696 jutabarrel oil equivalent secara keseluruhan. Hal ini mendorong RRR mencapai 116 persen, yang berarti penemuan cadangan lebih tinggi dari tingkat produksi.
Lifting minyak pada 2021 tercatat sebesar 660 ribu bph, lebih rendah dari target dalam APBN 2021 sebesar 705 ribu BOPD. Sementara realisasi salur gas sebesar 5.501 juta MMSCFD, lebih rendah dari target APBN sebesar 5.638 MMSCFD.
Adapun target lifting minyak pada 2022 naik dari realisasi 2021, yakni mencapai 703 ribu BOPD dan lifting gas sebesar 5.800 MMSCFD. SKK Migas juga menetapkan target lifting minyak 2022 sebesar 703 ribu BOPD dan lifting gas sebesar 5.800 MMSCFD.
Menurut Dwi,target ini diperlukan untuk meningkatkan produksi jangka menengah dan jangka panjang, mengurangi defisit transaksi berjalan (CAD), menjaga ketahanan energi nasional, dan meningkatkan investasi.
Dwi juga mengingatkan target 1 juta BOPD minyak dan 12 BSCFD gas pada 2030 ini hanya bisa dicapai dengan dukungan semua pemangku kepentingan.
Berbagai strategi diupayakan untuk mempercepat realisasi target 1 juta BOPD minyak dan 12 BSCFD. Di antaranya masuknya potensi dari lapangan migas nonkonvensional, optimalisasi existing asset melalui pengeboran sumur, transformasi sumber daya menjadi produksi, hingga optimalisasi pemanfaatan Enhanced Oil Recovery (EOR).