Tentara Israel Ramai-Ramai Teken Petisi Setop Perang Gaza, Begini Tanggapan Hamas
GAZA, iNews.id - Hamas mengomentari maraknya penandatanganan petisi di kalangan militer Israel untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza. Ribuan tentara Zionis, termasuk pilot angkatan udara, pasukan elite, hingga kalangan intelijen, sejak sepekan terakhir meneken beberapa petisi tersebut.
“Meningkatnya seruan di kalangan entitas penjajah untuk menghentikan perang serta membebaskan para tahanan menegaskan pertanggungjawaban (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu yang memperpanjang perang dan penderitaan para sandera (Israel) serta rakyat kami,” bunyi pernyataan Hamas, seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (12/4/2025).
Ddarah anak-anak Gaza serta sandera Israel, lanjut Hamas, hanyalah korban ambisi Netanyahu untuk tetap berkuasa serta terhindar dari tuntutan hukum.
“Persamaannya jelas: pembebasan sandera sebagai imbalan atas penghentian perang. Dunia menerima, tapi Netanyahu menolak," demikian isi pernyataan.
Setiap penundaan, berarti lebih banyak warga sipil Palestina yang tak berdaya dibunuh. Selain itu nasib para sandera Israel tidak diketahui bagi.
Lebih dari 800 tentara Israel pada Jumat (11/4/2025) menandatangani petisi terbaru mendesak pemerintah untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan serta mengakhiri perang yang sudah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Mereka merupakan tentara berbeda dengan 1.000 personel lebih sebelumnya yang meneken surat berisi seruan serupa. Para penandatangan surat itu adalah pilot Angkatan Udara Israel (IAF) cadangan maupun pensiun.
Para tentara yang meneken petisi terbaru tersebut berasal dari berbagai divisi dan spesialisasi di angkatan darat, termasuk unit intelijen 8200, pasukan khusus, serta unit elite seperti Sayeret Matkal, Shayetet, dan Shaldag. Sekitar 20 hingga 30 persen dari tentara yang meneken petisi itu adalah personel cadangan aktif.
Total enam petisi ditandatangani oleh komponen militer dan sipil Israel sejak Kamis lalu. Pertama, surat yang ditandatangani lebih 1.000 personel IAF, disusul kemudian 1.000 akademisi.
Petisi kedua diteken ratusan korps lapis baja dan personel angkatan laut. Ketiga, puluhan dokter militer cadangan, keempat ratusan anggota unit intelijen 8200, kelima hampir 100 dokter militer, dan terakhir ratusan personel dari berbagai unit, termasuk pasukan khusus dan elite.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya mengancam akan memecat tentara aktif yang menandatangani petisi untuk menghentikan perang. Dia juga mendukung langkah IAF untuk memecat pilot aktif yang sudah menandatangani surat itu.
"Penolakan adalah penolakan, bahkan ketika itu tersirat dan diungkapkan dalam bahasa yang halus," kata Netanyahu.