Kadin bakal Lobi AS soal Tarif Impor 32 Persen untuk RI
JAKARTA, iNews.id - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia telah menyiapkan beberapa strategi dalam menyikapi tarif impor baru yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kepada Indonesia. Salah satunya, pihaknya akan bernegosiasi dengan AS.
Menurut Ketua Umum Kadin, Anindya Bakrie, pihaknya akan melobi menggunakan jalur hubungan dengan Kamar Dagang Amerika Serikat (US Chamber of Commerce) yang sudah terjalin baik selama ini.
Langkah ini seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu, di mana dalam kunjungan Presiden Prabowo Subianto di November 2024, Kadin Indonesia bertemu dengan US Chamber of Commerce untuk mengantisipasi kebijakan ekonomi Presiden Trump yang ke-2, dan mulai membangun fondasi business to business (B2B) sebagai mitra sejawatnya.
"Rencananya awal Mei nanti, Kadin dengan berkoordinasi dengan pemerintah akan ke AS untuk menindaklanjuti kerja sama dengan US Chamber of Commerce dan menghadiri beberapa konferensi bisnis/ekonomi untuk menyikapi perkembangan terakhir," kata Anindya, dikutip Minggu (6/4/2025).
Anindya mengatakan bahwa masih ada pintu negosiasi yang bisa dilakukan antara Indonesia dan AS mengingat kedua negara merupakan mitra bisnis yang saling membutuhkan. Dengan begitu peluang negosiasi masih terbuka lebar untuk diupayakan.
"Hubungan Indonesia dan AS adalah hubungan saling membutuhkan. Saya yakin, kita bisa melakukan negosiasi dengan AS, antara lain karena posisi geopolitik dan geoekonomi Indonesia," kata Anindya.
"Posisi Indonesia sangat strategis di Kawasan Pasifik. Selain bagian dari kekuatan ekonomi ASEAN, Indonesia adalah anggota APEC yang strategis. Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan pimpinan negara nonblok, juga tentu menjadi pertimbangan Trump," lanjutnya.
Anindya menilai, jika AS menindaklanjuti rencana tarif impor 32 persen untuk produk Indonesia, maka dampak signifikan akan menimpa neraca pembayaran, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi.
Mendag Sebut Produsen Minyakita Kurangi Takaran Tutup Pabrik di Depok, Kini Diburu hingga Karawang
Sebab, AS merupakan pemasok valuta asing terbesar, yang menyumbang surplus perdagangan sebesar 16,8 miliar dolar AS pada tahun 2024. Mitra dagang bilateral terbesar Indonesia pada tahun 2024 adalah AS yang memberikan surplus 16,8 miliar dolar AS kepada Indonesia.
Untuk memperkuat neraca perdagangan usai keputusan Trump, kata Anindya, negosiasi perdagangan dapat dilakukan secara lebih selektif. Anindya menyebut fokus bisa dilakukan kepada industri padat karya terdampak secara vertikal, hulu hingga hilir.
Selain itu, Indonesia perlu membuka pasar baru selain Asia Pasifik dan ASEAN, yakni pasar Asia Tengah, Turki dan Eropa, sampai Afrika dan Amerika Latin.
"Dampak negatif kebijakan Presiden Trump perlu dihitung dengan cermat. Penurunan ekspor alas kaki, pakaian, dan produk elektronik Indonesia ke AS akan berdampak pada ketenagakerjaan," tandasnya.