Sosiolog UI Soroti Fenomena Pendatang di Jakarta: Politisi yang ke Sini Tak Pernah Dibahas
JAKARTA, iNews.id - Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo menilai pendatang seharusnya tidak selalu diasosiasikan kepada masyarakat sipil yang datang ke Jakarta untuk mencari peruntungan. Namun, para politisi yang datang ke Jakarta juga layak disebut sebagai pendatang.
"Kadang-kadang pada saat kita ngomongin pendatang itu terjebak terhadap masyarakat yang kepaksa datang karena di kampung halamannya tidak tersedia lapangan pekerjaan yang layak, tapi pengangguran politisi yang datang ke sini tidak pernah dijadikan pembahasan," kata Imam dalam program Interupsi yang tayang di iNews, Kamis (3/4/2025).
Imam mengatakan, ada faktor pendorong yang menyebabkan masyarakat sipil hingga politisi memilih Jakarta sebagai target urbanisasi. Salah satunya karena pembangunan yang tidak merata.
Dia memerinci, kota-kota besar seperti Jakarta menyediakan fasilitas pendidikan hingga kesempatan berkarier yang lebih baik ketimbang daerah. Hal ini yang mendorong banyak orang datang ke Jakarta.
Warga Baduy Tewas Digigit Ular Berbisa
"Kalau kita ingin berkarier politik lebih adil, merata, harus ke Jakarta. Jadi kalau ngomongin tentang pembatasan, ingat Gubernur DKI mayoritas orang pendatang," tutur Imam.
Sementara itu, Anggota DPRD Jakarta, Achmad Yani menilai ada program yang mampu menekan jumlah pendatang ke ibu kota. Program yang dimaksud adalah penataan administrasi kependudukan.
"Dengan adanya penataan kependudukan ini, kita lihat bahwa pada saat ini tahun 2024 itu 16.000 dia pendatang, perkiraan 2025 ini 10.000 sampai 15.000, ada penurunan," kata Yani.
Dengan program itu, warga tak sekadar datang untuk mengadu nasib ke Jakarta, tapi juga harus memiliki pekerjaan dan keterampilan.
"Kenapa? Karena dengan penataan kependudukan sesuai domisili yang sudah terjadi, penurunan dari jumlah warga yang akan datang," ucapnya.