Trump Kenakan Tarif 32 Persen untuk Produk Indonesia, Ini Alasannya
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif masuk untuk produk dari 180 negara, termasuk Indonesia. Bahkan tarif yang dikenakan untuk produk Indonesia tergolong besar, yakni 32 persen.
Trump pada Rabu kemarin mendeklarasikan perang dagang terbaru dengan menandatangani instruksi presiden mengenai pemberlakuan tarif masuk. Sebanyak 85 dari total 180 negara dikenakan tarif masuk 10 persen lebih.
"Menurut pendapat saya, ini adalah salah satu hari terpenting dalam sejarah Amerika. Ini adalah deklarasi kemerdekaan ekonomi kita," katanya, di Gedung Putih.
Kebijakan ini merupakan upaya terbaru pemerintahannya untuk membangun perekonomian AS. Tujuannya unuk mendorong industri dalam negeri, meningkatkan pendapatan pemerintah, serta mencegah praktik curang dalam perdagangan.
"Kita akan meningkatkan basis industri dalam negeri. Kita akan membuka pasar luar negeri dan mendobrak hambatan perdagangan luar negeri, dan pada akhirnya lebih banyak produksi di dalam negeri akan berarti persaingan lebih kuat dan harga yang lebih rendah bagi konsumen," ujarnya.
Trump sejak lama mengancam akan memberlakukan tarif timbal balik terhadap negara-negara yang telah menikmati keuntungan dari perdagangan dengan AS.
Tarif timbal-balik diterapkan oleh Trump, termasuk kepada Indonesia, karena menilai negaranya diperlakukan tidak adil oleh mitra dagang. Oleh karena itu Trump membuat kebijakan Fair and Reciprocal Plan sebagai upaya menyeimbangkan tarif antara AS dengan mitra dagang.
Tidak pandang bulu, semua negara dikenakan tarif termasuk sekutu-sekutu dekatnya seperti Israel, yang dikenakan tarif 17 persen, serta negara-negara Uni Eropa 20 persen.
Setiap negara dikenakan tarif dasar setidaknya 10 persen, kecuali Kanada dan Meksiko. Kedua negara tetangga AS itu telah lebih dulu dijatuhi tarif masuk ke AS dengan besaran paling kecil 25 persen.
Di Asia Tenggara, AS juga memberlakukan tarif terhadap Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Thailand 36 persen, Myanmar 44 persen, Vietnam 46 persen, dan Laos 48 persen.
Pasar global anjlok signifikan sejak Februari lalu. Saat itu Trump untuk pertama kali menabuh genderang perang dagang dengan mengumumkan rencana tarif timbal balik. Langkah itu diambil meski di tengah kekhawatiran kebijakan tersebut akan menaikkan harga berbagai barang bahkan mungkin menjerumuskan AS ke dalam resesi.