Bersaing di Segmen Oli Kendaraan Premium, Ini Perbedaan Motul dan Ipone
JAKARTA, iNews.id - Industri otomotif Indonesia terus tumbuh. Ini berdampak pada industri pendukung seperti pelumas alias oli kendaraan.
Salah satunya pada segmen pelumas kendaraan premium. PT Motul Indonesia Energy (MIE), authorized distributor pelumas Motul dan Ipone memperkuat lini bisnisnya. Namun yang unik, kedua produk sama-sama menyasar segmen oli kendaraan premium.
Lalu, apa perbedaan Motul dan Ipone? National Sales Director Motul Indonesia, Welmart Purba menjelaskan secara teknologi pelumas Motul diracik menggunakan ester, HC Tech, dan Technosynthese. Teknologi tersebut membuat pelumas memiliki performa tinggi dan perlindungan optimal untuk mesin.
Sementara itu, pelumas Ipone menggunakan teknologi 100 persen Synthetic with Ester untuk meningkatkan akselerasi, mengurangi gesekan, dan menjaga mesin tetap bersih.
Untuk strategi yang dilakukan pada 2025 lanjut Welmart, Motul sudah mempunyai blueprint jangka pendek, menengah, dan panjang.
"Jadi di 2025 ini sebenarnya bagian dari strategi menengah dan panjang. Kita tetap membangun brand, karena di segmen premium kekuatan brand itu sangat penting. Di setiap kegiatan kita menjaga level premium dan persepsi itu sama dengan apa yang kita inginkan di semua aspek," ujar Welmart di Jakarta, Kamis, 20 Maret 2025.
Sementara untuk Ipone, terang dia, akan ada penyesuaian terkait strategi bisnis. Menurut Welmart saat Ipone bergabung dengan motul sebenarnya ada beberapa pekerjaan rumah (PR).
"Ketika ada dua produk di satu segmen (premium) yang sama berarti kan agak sedikit kesulitan menentukan, apalagi di Indonesia Motul sudah diterima di segmen premium. Jadi saat ini strateginya kita mencoba mensegmentasi target end user-nya," kata Welmart.
"Contoh di grup pengguna motul ada laten referensi, maksudnya selain Motul ternyata ada Ipone yang juga sesuai dengan referensi value dan behavior mereka, nah area itu yang kita bangun untuk strategi Ipone," ujarnya
Welmart mengaku tidak mengantisipasi persaingan kedua brand tersebut dan justru membiarkan ini terjadi selama berdampak pada pertumbuhan bisnis yang signifikan.