100 Hari Pemerintahan Prabowo: Ekonomi RI Diramal Hanya Tumbuh 5 Persen

100 Hari Pemerintahan Prabowo: Ekonomi RI Diramal Hanya Tumbuh 5 Persen

Ekonomi | inews | Rabu, 22 Januari 2025 - 21:44
share

JAKARTA, iNews.id - Ekonom senior sekaligus Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini memberikan penilaian terhadap kinerja 100 hari pemerintahan Prabowo. Menurutnya, ekonomi di era Prabowo hanya akan tumbuh di angka 5 persen.

Seperti diketahui, Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Namun, Didik menilai hal itu harus dibarengi dengan penguatan di sektor industri, lantas ia pun membandingkan dengan perekonomian RI tahun 90-an dan Vietnam yang melesat.

"Saya kira kita tidak akan pernah mencapai 8 persen bertahap sampai 2028 tanpa penguatan ekonomi melalui industri. Vietnam bisa tumbuh 7 persen, itu sektor industrinya tumbuh 9 persen, bahkan 10 persen. Pada saat yang sama, ekspornya tumbuh 14-15 persen," ucap Didik dalam Diskusi Publik 'Evaluasi Kritis 100 Hari Pemerintahan Prabowo Bidang Ekonomi' secara virtual, Rabu (22/1/2025).

"Sama persis ketika kita tahun 80-an atau 90-an, ekonomi tumbuh 7 persen, sektor industri tumbuh 9-10 persen, ekspornya tumbuh 20 persen," tuturnya.

Didik mengungkapkan, dalam 10 tahun terakhir kondisi ekonomi Indonesia kurang membaik, di mana ekspor Indonesia hanya tumbuh 2 persen dalam beberapa tahun terakhir.

"Karena itu menurut saya untuk bisa mendorong industri ini elemen-elemen birokrasi adalah Asta Cita ketiga," katanya.

Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut Bank Dunia realistis di angka 5 persen. Didik menilai cita-cita pertumbuhan ekonomi 8 persen yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto juga merupakan hal yang bagus dan harus didorong dengan sejumlah perbaikan, salah satunya investasi asing.

"Pembangunan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh 5 persen saja seperti prediksi world bank. Namun semangat dan cita-cita presiden Prabowo untuk tumbuh 8 persen juga harus dihargai," tutur dia.

"Bisa nggak? Kita bisa, Vietnam bisa, tumbuh 7 persen sekarang, dan investasinya kaitannya dengan hukum. Jadi, kita menjadi buruk investasinya karena investasi itu bergeser ke Vietnam, persis sama seperti tahun 1985, Filipina buruk sekali di zaman Marcos, kemudian jatuh, pindah ke Indonesia. Jadi, tanpa investasi luar negeri tidak mungkin," ucap Didik.

Topik Menarik