Terungkap! Joe Biden Sempat Bahas Rencana Serang Fasilitas Nuklir Iran, tapi...
TEHERAN, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden belum lama ini dilaporkan membahas rencana menyerang fasilitas nuklir Iran. Namun Biden membiarkan opsi tersebut menggantung, tak membuat keputusan apa pun.
Kabar yang pertama kali dilaporkan portal berita AS, Axios, itu pun sampai ke para pejabat Iran.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran Ismail Baghaei mengatakan, ancaman AS untuk menyerang fasilitas nuklirnya merupakan pelanggaran berat terhadap norma-norma internasional.Dia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk meminta pertanggungjawaban AS secara internasional.
"Masalah ini telah diangkat berulang kali. Dari sudut pandang hukum internasional, ancaman untuk menggunakan kekuatan oleh negara mana pun merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan Piagam PBB. Masalah ini merupakan pelanggaran ganda terhadap perjanjian internasional," kata Baghaei, seperti dikutip dari Sputnik.
Dia menegaskan ancaman AS tersebut ditujukan terhadap infrastruktur nuklir sipil negara itu. Iran tak punya rencana untuk memanfaatkan nuklirnya untuk membuat senjata.
"Dewan Keamanan PBB harus ikut campur dan meminta pertanggungjawaban Amerika Serikat secara internasional atas pernyataan-pernyataan ini," ujarnya, menegaskan.
Sementara itu Menlu Iran Abbas Araghchi pada 4 Januari lalu mengatakan, pemerintahnya siap melakukan negosiasi konstruktif dengan negara-negara Barat terkait program nuklir jika menghasilkan kesepakatan baru.
Selanjutnya, Wamenlu Iran untuk Urusan Internasional Kazem Gharibabadi mengatakan, putaran baru konsultasi antara Iran dan Eropa mengenai kesepakatan nuklir akan digelar pada 13 Januari mendatang.
Axios, mengutip tiga sumber pejabat AS, melaporkan Presiden Biden berdiskusi dengan timnya, termasuk Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan, mengenai rencana untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Namun Biden akhirnya tidak membuat keputusan akhir mengenai masalah tersebut.
Diskusi tersebut tidak didorong oleh laporan intelijen terbaru, namun untuk menyusun kemungkinan skenario.
