Trump Puji Turki karena Bantu Gulingkan Bashar Al Assad Tanpa Banyak Korban, Ini Komentar Ankara
ANKARA, iNews.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Hakan Fidan membantah penyataan Donald Trump soal peran Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam penggulingan pemimpin Suriah Bashar Al Assad. Presiden AS terpilih yang akan dilantik pada 20 Januari 2025 itu menyebut penggulingan Assad sebagai pengambilalihan kekuasaan yang tidak bersahabat oleh Turki.
Pernyataan Trump itu sebenarnya mengarah kepada pujian, namun Fidan menegaskan bahwa penggulingan Assad semata-mata perjuangan rakyat Suriah yang sejak lama menginginkan kebebasan.
Trump mengatakan, Turki sangat cerdas karena berhasil mengambil alih kekuasaan di Suriah tanpa mengorbankan banyak nyawa.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera yang disiarkan pada Rabu (18/12/2024), Fidan menyebut kesalahan besar menggambarkan peristiwa terkini di Suriah sebagai pengambilalihan kekuasaan oleh Turki.
"Bagi rakyat Suriah, ini bukanlah pengambilalihan kekuasaan. Saya kira jika ada pengambilalihan kekuasaan, itu adalah keinginan rakyat Suriah," kata Fidan.
Dia menambahkan, Turki ingin semua orang menjadikan kasus Suriah sebagai pelajaran bahwa budaya mendominasi itu akan membawa kehancuran. Dominasi rezim keluarga Assad yang berlangsung 50 tahun lebih berujung dengan kehancuran.
“Saya kira, itu (Suriah) menjadi yang terakhir kita saksikan karena kita mengambil pelajaran besar dari apa yang telah terjadi di kawasan kita, karena budaya dominasi itu sendiri telah menghancurkan wilayah kita,” kata Fidan.
Menurut Fidan tak ada dominasi Turki, Iran, maupun Arab di kawasan, melainkan kerja sama semua pihak harus lebih dipentingkan.
“Solidaritas kita dengan rakyat Suriah tidak boleh dicirikan atau didefinisikan saat ini seolah-olah kita benar-benar memerintah Suriah. Saya kira itu salah,” ujarnya, menepis Trump.
Soal laporan media AS bahwa ada kekhawatiran militer Turki mungkin menyerang Suriah untuk menghancurkan pasukan Kurdi, Fidan menegaskan, YPG (Unit Perlindungan Rakyat) memang menjadi ancaman penting bagi negaranya.
YPG merupakan perpanjangan tangan dari Kelompok bersenjata Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang masuk dalam daftar organisasi teroris oleh Turki dan negara Barat.
YPG tetap memegang kendali atas sebagian wilayah Suriah dan menunjukkan diri seolah pihak yang membantu negara Barat dalam perang melawan ISIS.
"Saya kira ini merupakan kealahan tafsir atas identitas mereka sebenarnya. Mereka ada di sana sebagai organisasi teroris," kata Fidan.
Negara Barat, lanjut dia, menutup mata terhadap fakta bahwa YPG adalah perpanjangan dari PKK.
Turki juga telah mendesak AS untuk berhenti memberikan dukungan militer kepada Pasukan Demokratik Suriah (SDF), di mana YPG menjadi komponen tempur utamanya.
Lebih lanjut Fidan menegaskan Turki mengakui pemerintahan baru di Suriah sebagai mitra yang sah. Pihaknya juga telah membuka kembali Kedubes di Damaskus.
Turki mengakui Kelompok oposisi bersenjata Hayat Tahrir Al Sham (HTS) yang dipimpin Abu Mohammed Al Julani sebagai pemimpin de facto Suriah sehingga harus dihapus dari daftar organisasi teroris negara-negara Barat.