Danantara Buka-bukaan RI Butuh Investasi Rp3.000 Triliun untuk Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
JAKARTA, iNews.id - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara) mencatat incremental capital output ratio (ICOR) atau perbandingan pertumbuhan ekonomi dengan investasi di Tanah Air harus ditingkatkan. Sebab, investasi menjadi instrumen utama dalam pertumbuhan makro ekonomi nasional.
Untuk itu, kata Kepala BP Danantara Muliaman Darmansyah Hadad, demi mencapai target pertumbuhan ekonomi di level 8 persen, Indonesia butuh investasi sebesar Rp3.000 triliun.
“Kita perlu dengan ICOR yang ada sekarang dan keinginan untuk mendapat pertumbuhan ekonomi, katakanlah 8 persen, itu kita masih perlu sekitar Rp3.000 triliun untuk keperluan investasi,” ujar Muliaman kepada iNews.id, Jumat (22/11/2024).
Dalam konteks ini, Presiden Prabowo Subianto menginisiasi pendirian BP Danantara, selaku badan investasi baru yang fokus pada tiga pilar, yakni investment management, investment banking, dan asset management.
Keberadaannya diyakini bisa memperluas peluang investasi di Tanah Air. Muliaman menyebut, dengan tiga pilar yang dimiliki, BP Danantara punya daya tawar yang tinggi bagi investor asing.
“Artinya ruangan bagi Danantara itu terbuka luas,” tuturnya.
Akan ada beragam investasi yang digarap BP Danantara, seperti hilirisasi pangan dan energi, proyek infrastruktur jangka panjang, serta proyek strategi nasional (PSN) lainnya.
“Investasinya juga bermacam-macam dari hilirisasi sampai juga kepada kegiatan untuk kecukupan pangan, kemudian juga energi, dan lain sebagainya, itu kan bagian dari proyek strategi nasional,” ucap dia.
Saking besarnya ruang lingkup investasi, Muliaman memandang tidak dapat didanai hanya dengan satu, dua bank saja. Menurutnya, peluang tersebut hanya bisa dilakukan melalui BP Danantara.
“Bahkan bukan cuman itu, saya kita banyak sekali yang intinya, contoh misalnya hilirisasi, biasanya hilirisasi itu memerlukan pembiayaan jangka panjang yang besar sekali. Kadang-kadang sulit kalau itu dibiayai satu, dua bank, karena begitu besarnya keperluan dana, nah biasanya danantara melihat peluang ini,” ujar dia.
Dengan mencaplok Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Indonesia Investment Authority (INA), dan special mission vehicles (SMV), Muliaman memastikan pihaknya bisa mengkonsolidasikan investment management, investment banking, dan asset management.
Dalam skemanya, fungsi investment management akan dijalankan oleh Indonesia Investment Authority. Di mana, sayap investasi yang selama ini dikelola INA semakin diperluas dan dioptimalkan.
Lalu, investment banking oleh SMV dan dan himpunan bank milik negara (Himbara), terutama fokus pada pendanaan untuk proyek infrastruktur dan proyek lain yang bersifat jangka panjang.
Sedangkan, asset management merupakan hasil konsolidasi seluruh aset-aset BUMN.
“Danantara bisa melakukan itu nanti, sehingga kebutuhan untuk membiayai proyek-proyek tertentu, tidak hanya hilirisasi ya, ada kegiatan-kegiatan yang lain tentu saja terbuka untuk penelitian Danantara apa yang bisa dilakukan,” ujar dia.