Militer Israel Buru 1.000 Pemuda Yahudi Ultra-Ortodoks yang Tolak Dikirim Perang ke Gaza
TEL AVIV, iNews.id - Militer Israel mengeluarkan 1.126 surat perintah penangkapan kepada pemuda Yahudi ultra-ortodoks yang mangkir dari wajib militer.
Pejabat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Shay Tayeb mengumumkan surat perintah penangkapan tersebut kepada parlemen pada Selasa lalu. Para pelanggar akan dipanggil dan diberi peringatan sebagai peringatan awal.
Namun jika masih mangkir lagi, mereka akan dipanggil lagi dan dinyatakan menghindari wajib militer. Setelah itu otoritas akan mencegah mereka ke luar negeri hingga ditangkap.
Langkah tersebut kemungkinan akan memicu perlawanan dari kelompok sayap kanan radikal pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka sejak awal menentang pemberlakuan wajib militer kepada mahasiswa Yahudi ultra-ortodoks, bahkan sempat mengancam akan keluar dari koalisi pemerintah.
Mahkamah Agung Israel mengubah aturan dengan mewajibkan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks (Haredi) tertentu untuk menjalani dinas militer untu membatu perang di Jalur Gaza dan Lebanon. Sebelumnya mereka dikecualikan dari dinas militer.
Sejak putusan Mahkamah Agung itu diberlakukan, otoritas Israel mengirim 3.000 perintah wajib militer kepada orang-orang Yahudi ultra-ortodoks. Bahkan Menteri Pertahanan Israel yang baru, Israel Katz, pekan lalu mengatakan akan mengirim 7.000 perintah tambahan yang telah disetujui oleh pendahulunya Yoav Gallant.
Namun, Tayeb memperingatkan jumlah itu masih belum cukup untuk memenuhiu kebutuhan di medan perang. Bahkan jika jumlahnya ditambah menjad 10.000 Yahudi ultra-Ortodoks masih belum cukup.
“IDF membutuhkan tentara. Kami menyinggung angka 10.000, tetapi ini bukan angka yang stabil karena sayangnya kita ada korban,” ujarnya, dikutip dari CNN, Kamis (21/11/2024).
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid juga mendesak Katz untuk segera mengeluarkan perintah wajib militer tambahan. Dia juga meminta agar para peserta wajib militer yang mangkir ditindak tegas.
"Ini adalah ujian yang mengungkap siapa yang berdiri di pihak pasukan tempur dan siapa yang berdiri di pihak para pelanggar wajib militer," katanya di media sosial X.
Lebih Baik Mati daripada Perang
Bentrokan pecah antara polisi dan pengunjuk rasa Yahudi ultra-Ortodoks di Bnei Brak, sebelah timur Tel Aviv, pada Minggu (17/11/2024).
Para demonstran membawa plakat bertuliskan, "Lebih baik mati sebagai orang Yahudi yang religius daripada hidup sebagai orang sekuler" dan "Kematian ketimbang wajib militer."
Yona Kaye, seorang demonstran, mengatakan para pemuda berunjuk rasa karena pemerintah Israel ingin merekrut orang-orang religius ke dalam tentara.
"Sejarah kami penuh dengan orang-orang Yahudi yang telah menyerahkan hidup mereka untuk tetap religius. Kami akan mati. Kami akan mendekam di penjara untuk jangka waktu lama, tetapi tidak akan menjadi tentara Israel yang berarti menjadi tidak beragama," tuturnya.