Wah! Netanyahu Libatkan Mossad Cegah Kerusuhan Suporter Israel di Luar Negeri
AMSTERDAM, iNews.id - Perdana Menteri Israel Netanyahu memerintahkan badan intelijen Mossad untuk membuat rencana pencegahan guna menghindari kekerasan terhadap suporter atau pendukung atlet negaranya yang berlaga di luar negeri. Keputusan itu dibuat menyusul kerusuhan suporter sepak bola klub Maccabi Tel Aviv di Amsterdam, Belanda, pada Rabu (6/11/2024).
"Saya telah menginstruksikan direktur Mossad (David Barnea) dan pejabat lainnya untuk mempersiapkan tindakan, sistem peringatan, dan organisasi kita untuk kondisi baru," kata Netanyahu, dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu Wali Kota Amsterdam Femke Halsema melarang demonstrasi pro-Palestina sepanjang akhir pekan ini di tengah kekhawatiran ketegangan antara suporter dan demonstran pro-Palestina.
Dia juga membela para suporter Israel dengan mengatakan, kekerasan pada pertandingan sepak bola Liga Europa itu merupakan ledakan anti-Semitisme yang sudah lama tidak terlihat.
Serangan terhadap para suporter Maccabi Tel Aviv sebagai "tabrak lari". Warga menggunakan skuter berkeliling kota untuk mencari suporter Israel.
"Kota kita telah rusak parah. Budaya Yahudi sangat terancam. Ini adalah ledakan anti-Semitisme yang saya harap tidak akan pernah terjadi lagi," ujarnya.
Namun dia tak menyinggung berbagai laporan yang mengungkap para suporter Israel lebih dulu memprovokasi dengan menyerang rumah-rumah yang memasang bendera Palestina.
Jazie Veldhuyzen, anggota dewan Kota Amsterdam mengatakan kerusuhan di kotanya jelas disebabkan oleh ulah suporter Maccabi yang menyerang bangunan-bangunan yang memasang bendera Palestina.
Pemerintah Belanda dan Pemerintah Kota Amsterdam, kata dia, awalnya menyebut insiden itu sebagai aksi anti-Yahudi. Dia menegaskan pentingnya penyelidikan yang menyeluruh dan objektif atas kejadian ini.
"Pada Rabu malam, para perusuh Maccabi menyerang rumah-rumah berbendera Palestina dan warga Amsterdam yang pro-Palestina. Saat itulah kekerasan dimulai," ujarnya.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Palestina mengecam keras nyanyian atau yel-yel anti-Arab oleh para suporter serta serangan terhadap bendera Palestina di Amsterdam.
Dalam pernyataan di X, Kemlu Palestina meminta pemerintah Belanda untuk melakukan penyelidikan segera terhadap para penghasut kerusuhan dan melindungi warga Palestina dan Arab yang tinggal di Belanda.
Warga Amsterdam yang juga aktivis pro-Palestina, Mo Kotesh, mengatakan kepada Al Jazeera suporter Israel menyerang orang-orang di jalanan, properti, serta pengemudi taksi keturunan Arab. Massa juga menurunkan bendera Palestina.
Kotesh mengatakan, demonstran juga berada di dekat Dam Square, pusat Kota Amsterdam untuk berunjuk rasa, seperti diinstruksikan oleh pemerintah kota.
Dia juga melihat bentrokan tak hanya terjadi dengan demonstran, namun juga penduduk setempat yang berusaha mencegah aksi kekerasan terhadap properti mereka.
Para suporter, lanjut dia, meneriakkan lagu-lagu yang menghina orang Arab dan Gaza, salah satunya, "Tidak ada sekolah di Gaza karena tidak ada lagi anak-anak yang tersisa."
Pengamat politik Israel Ori Goldberg mengatakan kepada Al Jazeera, insiden tersebut menunjukkan bahwa narasi Israel telah menguasai Eropa.
"Fakta bahwa suporter Israel melakukan kerusuhan di Kota Amsterdam, menyanyikan lagu-lagu rasis dan memanjat tembok rumah untuk mencopot bendera Palestina adalah bagian dari kondisi Israel saat ini," ujarnya.
Dalam pernyataan pada Jumat, Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) menyatakan sangat prihatin dengan kekerasan di Amsterdam, khususnya hasutan yang menyedihkan untuk melakukan kekerasan, rasisme anti-Palestina, dan Islamofobia oleh suporter Maccabi Tel Aviv.
PFA meminta mendesak FIFA dan UEFA untuk mengatasi normalisasi retorika genosida, rasis, dan Islamofobia di antara para pendukung sepak bola Israel dan untuk menerapkan langkah-langkah konkret untuk memerangi permusuhan.