Erick Thohir Ungkap Kondisi BUMN Terkini: 40 Sehat dan 7 Merugi

Erick Thohir Ungkap Kondisi BUMN Terkini: 40 Sehat dan 7 Merugi

Ekonomi | inews | Senin, 4 November 2024 - 21:56
share

JAKARTA, iNews.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan kondisi terkini keuangan perusahaan pelat merah. Tercatat, dari 47 BUMN, 40 perusahaan dinyatakan sehat dan 7 sisanya ‘sakit-sakitan’.

Dia menjelaskan, 85 persen perseroan masih dalam kondisi membaik. Meskipun begitu, Kementerian BUMN tengah bekerja lebih keras agar bisa menyehatkan tujuh perusahaan yang merugi. 

“Kita sampaikan juga, ini untuk menjawab pertemuan sebelumnya, berapa perusahaan BUMN yang masih dalam proses cash flow negatif atau rugi,” ujar Erick saat saat rapat kerja (raker) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (4/11/2024). 

“Dari 47 BUMN, sekarang 40 BUMN itu sehat, 85 persen. Ada tujuh yang memang kita harus benar-benar kerja keras untuk beberapa tahun ke depan,” tutur dia.

Adapun, tujuh BUMN sakit-sakitan itu di antaranya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, alias KRAS, PT Bio Farma (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, atau WIKA, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, atau WSKT, PT Asuransi Jiwasraya (Persero), Perum Perumnas, dan Perum PNRI.

Berikut penjelasan ihwal kondisi tujuh BUMN masih merugi: 

Krakatau Steel

Erick menjelaskan, proses restrukturisasi keuangan KRAS sudah dilakukan sejak 2019. Namun, insiden kebakaran Pabrik di Hot Strip Mill 1 (HSM1) di Cilegon, Banten, mengganggu operasional emiten secara menyeluruh.

“Misalnya Krakatau Steel, sebenarnya sudah terjadi restrukturisasi tahun 2019, cuman kemarin ada kebakaran, ini tentu mengganggu daripada operasional secara menyeluruh,” ucapnya.

Sekalipun begitu, pemegang saham tetap mengambil beberapa inisiatif agar KRAS kembali pulih.

Bio Farma

Holding BUMN Farmasi ini mengalami penurunan nilai aset akibat pengadaan vaksin Covid-19 sepanjang pandemi. Kala itu, Bio Farma ditugaskan pemerintah membeli jutaan dosis vaksin yang diproduksi beberapa negara mitra. 

“Tetapi tentu ketika Covid sudah tidak ada, sisa vaksinnya ya kita mesti impairment. Karena memang kan sudah lewat expiring date-nya, jadi itu saya rasa bukan sesuatu yang memang dilihat sebagai kerugian negara,” ucap dia. 

Wijaya Karya

WIKA memang berhasil memperbaiki kinerja keuangan di semester I/2024. Perusahaan konstruksi pelat merah ini membalik rugi menjadi laba di paruh pertama tahun ini.

Dalam laporan keuangan, WIKA membukukan laba bersih Rp401,95 miliar di semester I/2024. Raihan ini berbalik dari posisi rugi Rp1,88 triliun pada semester I/2023 dan rugi sebesar Rp1,13 triliun pada kuartal I/2024.

Meski begitu, emiten masih dimasukan dalam kategori BUMN ‘sakit-sakitan’. 

“Lalu kita juga Wijaya Karya, kemarin kita sudah ada jalan untuk restrukturisasi, termasuk daripada Wika Realty yang kemarin over expansion di tahun-tahun sebelumnya. Sekarang kita lagi lakukan penelitian lebih dalam,” katanya. 

Waskita Karya

Erick menjelaskan, proses penyehatan WSKT masih berlanjut, setelah perusahaan mendapat persetujuan restrukturisasi dari 21 bank dengan nilai Rp26,3 triliun.

Hal ini ditandai dengan penandatanganan Master Restructuring Agreement (MRA) antara Waskita Karya dengan 21 perbankan Himbara dan swasta.

“Kita terus Wijaya Karya dan Waskita Karya ini kita sedang menunggu surat persetujuan dari Bapak Menteri PU. Bagaimana kita bisa konsolidasi dari tujuh karya menjadi tiga. Sehingga lebih sehat lagi,” ucap Erick.

Jiwasraya

Berbeda dengan BUMN lainnya, Erick memastikan Jiwasraya bakal dilikuidasi alias dibubarkan. 

Perumnas

Perumnas harus fokus pada bisnis hunian vertikal. Karena itu, Kementerian BUMN bakal mengarahkan perusahaan menggarap hunian bertingkat. 

“Lalu juga Perumnas ini kemarin kita sudah duduk, rencana di dalamnya, di internal Kementerian BUMN bahwa untuk bisnis model Perumnas ke depan tidak lagi landed house,” ucap Erick. 

PNRI

PNRI jadi salah satu BUMN yang kalah saing di pasar Tanah Air. Pasalnya, bisnis di bidang percetakan kurang relevan dengan kondisi pasar saat ini. 

“PNRI ini sebenarnya percetakan. Ini karena dulu semuanya harus cetak di sini, surat-surat negara. Sekarang tentu dengan terbukanya market tentu ini mulai kalah bersaing. Ini yang salah satu nanti kita akan restrukturisasi seperti apa mengenai PNRI, tentu sejalan dengan yang disampaikan,” kata Erick.

Topik Menarik