Menakar Untung-Rugi RI Gabung ke OECD atau BRICS, Bagus Mana?
JAKARTA, iNews.id - Pemerintah Indonesia berencana bergabung ke dalam beberapa organisasi global, seperti Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD, dan blok ekonomi BRICS. Lantas, kira-kira lebih untung mana?
Menurut Menteri Luar Negeri, Sugiono, keinginan bergabung menunjukkan bahwa Indonesia memandang BRICS sebagai wahana yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara Selatan Global (Global South).
RI Lebih Untung Gabung OECD atau BRICS?
Menurut Ekonom dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, pada dasarnya Indonesia memiliki tiga opsi yang bisa dipilih, yaitu bergabung dengan BRICS dan OECD, bergabung dengan BRICS atau OECD, atau tidak bergabung dengan keduanya.
Wijayanto menilai, memilih untuk bergabung dengan BRICS atau OECD sama-sama merupakan keputusan yang tepat. Sedangkan, dengan tidak bergabung sama sekali, maka Indonesia akan kehilangan kesempatan berharga.
"Yang tidak boleh dilakukan adalah memilih opsi untuk tidak memilih keduanya. Ini adalah strategi flip flop yang menunjukkan kurangnya ketegasan. Memilih opsi ini juga membuat Indonesia melewatkan kesempatan untuk mempengaruhi desain besar organisasi dan kebijakannya," ucap dia dalam diskusi virtual, Rabu (30/10/2024).
Wijayanto mengatakan, bergabungnya Indonesia dengan BRICS sekaligus juga OECD menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia. Meskipun, membutuhkan upaya negosiasi yang sulit karena pendekatan tersebut membuka peluang bagi negara untuk mengoptimalkan keuntungan.
"Skenario terbaik bagi Indonesia adalah bergabung ke dua-duanya. Tentunya ini perlu negosiasi yang intensif. Opsi kedua, kita pilih mana yang paling mudah, cepat, dan paling menguntungkan, yang paling penting adalah mana yang memposisikan kita sebagai pemain penting," tuturnya.
"Opsi terakhir adalah do nothing, tidak gabung kedua-duanya. Ini yang terjadi selama hampir 10 tahun terakhir. Kalau kita mempertahankan posisi ini, maka kita akan kehilangan opportunity. Akhirnya kita akan bergabung tapi terlambat sehingga kita tidak punya peran optimal dalam ikut membentuk platform dan arah organisasi tersebut," ucap WIjayanto.