Peraih Nobel Perdamaian: Kondisi Anak-Anak Gaza seperti di Hiroshima Setelah Dibom Atom
TOKYO, iNews.id - Satu lagi ungkapan keprihatinan terhadap warga Palestina disampaikan pemenang hadiah Nobel 2024. Setelah pemenang Hadiah Nobel Sastra Han Kang, kini peraih Hadiah Nobel Perdamaian, yakni organisasi asal Jepang Nihon Hidankyo. yang menyuarakan keprihatinannya.
Toshiyuki Mimaki, salah satu ketua Nihon Hidankyo, mengatakan kondisi anak-anak Gaza saat ini mirip dengan pasca-serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.
Nihon Hidankyo merupakan organisasi yang didirikan oleh para penyintas serangan bom nuklir yang dilakukan Amerika Serikat (AS) tersebut. Misi utama mereka adalah mengampanyekan dunia tanpa senjata nuklir.
Di Gaza, anak-anak yang berdarah-darah digendong. Ini seperti di Jepang 80 tahun silam, kata Mimaki, seperti dikutip dari Anadolu, Senin (14/10/2024).
Serupa dengan di Hiroshima dan Nagasaki, lanjut dia, anak-anak saat itu kehilangan ayah dan ibu mereka, menjadi yatim-piatu, akibat pengeboman.
Orang-orang menginginkan perdamaian. Namun, para politisi bersikeras mengobarkan perang, dengan mengatakan, 'Kita tidak akan berhenti sampai menang.' Saya kira ini berlaku untuk Rusia dan Israel, dan saya selalu bertanya-tanya apakah kekuatan PBB tidak bisa menghentikannya, kata Mimaki.
Dia juga memperingatkan, penggunaan senjata nuklir tidak akan mewujudkan perdamaian. Sekali saja senjata nuklir digunakan, akan ada pembalasan setimpal bahkan lebih dahsyat. Ini akan menjadi perang yang pelik.
Jika Rusia menggunakannya untuk melawan Ukraina, atau Israel untuk melawan Gaza, itu tidak akan berhenti di situ," ujarnya.
Mimaki masih berusia 3 tahun saat bom atom dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Serangan di Hiroshima menewaskan sekitar 140.000 orang. Tiga hari kemudian, bom atom dijatuhkan di Nagasaki, menewaskan 70.000 lainnya. Jepang kemudian menyerah kepada sekutu pada 15 Agustus 1945 yang menjadi akhir dari Perang Dunia II.
Nihon Hidankyo meraih Hadiah Nobel Perdamaian atas jasa mereka, bukan hanya membantu para korban bom atom, tapi menjadi gerakan akar rumput untuk menyuarakan dunia tanpa senjata nuklir.
Organisai yang didirikan pada 1956 itu menjadi suara bagi para penyintas bom atom, memberikan kesaksian tentang kengerian perang nuklir dan mengadvokasi penghapusan total senjata nuklir.