Negara Ini Bakal Bunuh 200 Gajah, Bagikan Dagingnya untuk Warga Miskin 

Negara Ini Bakal Bunuh 200 Gajah, Bagikan Dagingnya untuk Warga Miskin 

Terkini | inews | Senin, 23 September 2024 - 19:30
share

HARARE, iNews.id - Otoritas Zimbabwe memutuskan untuk membunuh 200 ekor gajah karena kelebihan populasi. Negara Afrika itu menghadapi musim kering yang memberikan tekanan terhadap persediaan air dan pangan bagi satwa liar.

Badan margasatwa Zimbabwe mengumumkan rencana pemusnahan tersebut pada 18 September lalu. Ini merupakan kali pertama dalam sekitar 35 tahun Zimbabwe memutuskan untuk membunuh satwa yang kelebihan populasi.

Keputusan itu diambil setelah negara tetangga, Namibia, mengumumkan akan memusnahkan lebih dari 700 satwa liar, termasuk 83 ekor gajah. Tujuannya untuk mengurangi tekanan pada padang rumput dan pasokan air yang terdampak kekeringan, serta menyediakan daging bagi program bantuan pangan.

Rencana Namibia dan Zimbabwe itu jelas ditentang para konservasionis dan kelompok hak asasi hewan.

Juru bicara Otoritas Taman dan Margasatwa Zimbabwe (ZimParks) Tinashe Farawo menjelaskan, populasi gajah di Zimbabwe diperkirakan mencapai 84.000 ekor. Pemusnahan hanya 200 ekor diibaratkan hanya setetes air di lautan.

"Jika dihitung-hitung, hasilnya tidak signifikan. Orang-orang tidak mau bicara fakta," kata Farawo, seperti dikutip dari AFP.

Selain itu daging hewan yang disembelih akan didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan pangan, sementara gadingnya akan menambah persediaan menjadi sebanyak 130 ton.

Selain itu, lanjut Farawo, kekeringan menyebabkan gajah dan satwa liar lain masuk ke permukiman warga untuk mencari makanan dan air. Kondisi itu terkadang berakibat fatal.

Pada kuartal pertama 2024, 30 orang tewas akibat konfrontasi manusian dengan satwa liar. Gajah menyumbang 60 persen dari penyebab kematian.

Langkah memburu gajah untuk makanan dikritik beberapa pihak, terutama karena hewan-hewan tersebut merupakan daya tarik utama bagi wisatawan.

"Pemerintah harus memiliki metode yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengatasi kekeringan tanpa memengaruhi pariwisata," kata direktur lembaga nirlaba Centre for Natural Resource Governance, Farai Maguwu.

Topik Menarik