Penjualan Mobil Listrik Disalip China, Tesla Pangkas Harga

Penjualan Mobil Listrik Disalip China, Tesla Pangkas Harga

Otomotif | inews | Jum'at, 5 Juli 2024 - 10:35
share

JAKARTA, iNws.id - Tesla melakukan pemangkasan harga pada sejumlah model di beberapa negara. Langkah ini diambil sebagai upaya mereka meningkatkan penjualan. 

Ini dilakukan sebagai jawaban Tesla menghadapi mobil listrik China yang telah menyalip penjualan mereka pada akhir 2023. Seperti dikatahui, penjualan mobil listrik terbanyak di dunia saat ini direbut BYD.

Dilansir Carscoops, Jumat (5/7/2024), Tesla telah mengirimkan sebanyak 443.956 unit mobil listrik kepada konsumen secara global sepanjang April hingga Juni 2024. Produsen asal Amerika Serikat itu telah memproduksi 410.831 unit kendaraan pada periode yang sama.

Dibandingkan kuartal kedua 2023, penjualan pada periode yang sama tahun ini mengalami penurunan sebesar 4,8 persen. Ini menjadi yang terburuk sejak Tesla memasarkan mobil listrik mereka.

Bahkan, pada kuartal kedua tahun ini, penjualan Tesla kembali menurun berdasarkan year-on-year (yoy). Pada kuartal pertama 2024, Tesla hanya mampu mengirim 386.810 unit kendaraan secara global. Angka ini turun 8,5 persen dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Angka penjualan tersebut menjadi terendah yang pernah dicatatkan Tesla sejak kuartal ketiga 2022. Perlu diketahui, pertama kalinya Tesla mengalami penurunan penjualan kuartal dari tahun-ke-tahun sejak 2020 lalu.

Untuk mengatasi itu, Tesla memberikan potongan harga untuk sejumah model mobil listrik mereka dalam beberapa bulan terakhir. Misal Model Y mengalami penurunan harga menjadi 9.500 dolar AS atau setara Rp155 juta, dan Model 3 menjadi 7.000 dolar AS sekitar Rp114,3 juta, di pasar Australia.

Di sisi lain, penurunan penjualan lebih kecil dari perkiraan menyebabkan harga saham naik sebesar 10 persen – kenaikan tertinggi dalam enam bulan terakhir. 

“Saham terus mengalami gelombang momentum positif setelah pertemuan tahunan pada pertengahan Juni, di mana pemegang saham menyetujui kembali rencana kompensasi Musk pada 2018,” kata analis CFRA Research, Garrett Nelson.

Topik Menarik