Demonstran Panjat Gedung Parlemen Australia, Serukan Pembebasan Palestina

Demonstran Panjat Gedung Parlemen Australia, Serukan Pembebasan Palestina

Terkini | inews | Kamis, 4 Juli 2024 - 10:48
share

CANBERRA, iNews.id - Demonstran pro-Palestina menggelar aksi dengan memanjat atap gedung parlemen Australia di Canberra, Kamis (4/7/2024). Mereka membentangkan spanduk bertuliskan berisi seruan pembebasan Palestina serta menuduh Israel melakukan kejahatan perang.

Empat orang berpakaian gelap berdiri di atap gedung selama sekitar 1 jam sambil membentangkan spanduk bertuliskan "From the River to the Sea, Palestine Will be Free". Kalimat itu merupakan slogan yang umum diteriakkan para aktivis pro-Palestina di seluruh dunia.

Seorang demonstran juga menyampaikan orasi menggunakan megafon yang menuduh pemerintah Israel melakukan kejahatan perang.

“Kita tidak akan lupa, kita tidak akan memaafkan dan kita akan terus melawan,” katanya, seperti dikutip dari Reuters.

Saksi mata mengatakan, sejumlah polisi dan petugas keamanan dalam parlemen naik ke atap untuk mengamankan para demonstran. Selain itu orang-orang lainnya diminta mengacuhkan aksi tersebut dan meninggalkan lokasi.

Setelah menyelesaikan aksinya dan merapikan spanduk, para demonstran dibawa polisi sekitar pukul 11.30 waktu setempat.

Juru bicara kubu oposisi Australia James Paterson mengecam demonstrasi tersebut.

“Ini adalah pelanggaran serius terhadap keamanan Parlemen. Bangunan itu didesain dengan biaya besar untuk mencegah serangan seperti ini. Harus diselidiki,” kata Paterson, dalam sebuah postingan di media sosial X.

Sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober, demonstrasi pro-Palestina berlangsung di berbagai lokasi, termasuk kota-kota besar dan kampus.

Namun sikap pemerintah sepertinya bertentangan dengan pemerintah. Partai Buruh yang berkuasa memberhentikan tanpa batas waktu Muslimah senator, Fatima Payman, pada Senin lalu. Dia memberikan suara dukungan untuk mosi mendukung pembentukan negara Palestina.

Australia saat ini tidak mengakui negara Palestina, meski Menteri Luar Negeri Penny Wong pada Mei lalu mengatakan negaranya bisa saja mengakui sebelum proses perdamaian formal antara Israel dan Palestina selesai.

Topik Menarik