Cerita Tukang Bangunan Proyek IKN yang Hidup di Barak, Bagaimana Rasanya?

Cerita Tukang Bangunan Proyek IKN yang Hidup di Barak, Bagaimana Rasanya?

Ekonomi | inews | Kamis, 16 November 2023 - 18:07
share

JAKARTA, iNews.id - Pemerintah menjamin keselamatan hidup para pekerja kasar selama pengerjaan mega proyek Ibu Kota (IKN) Nusantara tahap pertama. Komitmen otoritas diwujudkan dengan pembangunan tempat tinggal yang layak huni.

Untuk Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN Nusantara misalnya, terdapat 22 tower yang menampung belasan ribu pekerja fisik. Dalam setiap tower itu terdapat fasilitas yang memadai.

Di mana, setiap tower terdapat kamar seluas 6x6 meter yang bisa diis sekitar 10 orang. Meski minimalis, ruangannya cukup nyaman karena tersedia ranjang susun bertingkat, dilengkapi kipas angin, dan jendela.

Fasilitas lain yang tersedia adalah kamar mandi yang berada di ruangan terpisah. Di KIPP juga tersedia klinik kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola.

Kendati begitu, tak semua pekerja fisik proyek Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim) mendapat fasilitas yang setara. Karena puluhan dari mereka ada yang tinggal berbulan-bulan di barak dengan fasilitas yang terbatas.

Hal ini dialami para pekerja pembangunan IKN Nusantara untuk proyek saluran air di Pulau Balang, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Di kawasan itu juga terdapat proyek Jalan Tol Segmen Jembatan Pulau Balang-Sp. Riko, yang nantinya akan tersambung dengan Bandara Very Very Important Person (VVIP).

Pantauan iNews.id, terdapat dua barak yang berdekatan atau tidak jauh dari lokasi pengerjaan proyek di wilayah tersebut.

Kedua barak menjadi tempat tinggal sementara ratusan pekerja kasar selama berbulan-bulan, kendati masing-masing barak didesain hanya tiga kamar dengan kapasitas tampung yang terbatas.

Pengakuan salah satu pekerja kasar, saat ditemui di lokasi, bahwa ada 120 orang yang menghuni di kedua barak itu. Di mana, setiap barak menampung 60 orang pekerja. Artinya, kurang lebih setiap kamar di isi oleh 20 pekerja.

Menurutnya, jumlah itu tidak efektif karena ukuran kamar tidak terlalu luas.

Isinya 60-an orang. Ini ada tiga kamar, ini sama. Per barak ada tiga kamar, ini tiga kamar juga. (Per kamar berapa orang?) Sekitar 20-an orang, ujar dia, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Dia juga mengaku fasilitas yang didapati seadanya saja. Ranjang misalnya tidak tersedia di tempat tersebut. Hal ini membuat para pekerja menggunakan terpal sebagai pengganti kasur.

Topik Menarik