ASEAN+3 Punya Banyak Amunisi Hadapi Guncangan Perang Dagang AS

ASEAN+3 Punya Banyak Amunisi Hadapi Guncangan Perang Dagang AS

Terkini | idxchannel | Selasa, 15 April 2025 - 08:44
share

IDXChannel - Negara-negara di kawasan ASEAN+3 (termasuk 10 negara ASEAN, China, Jepang, dan Korea Selatan) diyakini mampu menghadapi dampak dari perang dagang global yang kembali memanas. 

Keyakinan ini disampaikan Kantor Riset Makro Ekonomi ASEAN+3 (AMRO) dalam laporan terbarunya "ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2025," yang dirilis hari ini (15/4/2025) di Singapura.

Situasi perdagangan global berubah drastis setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan kebijakan tarif besar-besaran pada 2 April lalu, yang disebut sebagai kebijakan “Liberation Day Tariffs.” Kebijakan ini mengejutkan pasar dan memicu kekhawatiran baru terhadap eskalasi proteksionisme global.

“Pengumuman tarif yang tinggi dan luas oleh AS, serta perkembangan setelahnya, telah menambah kompleksitas signifikan terhadap prospek kawasan ASEAN+3,” kata Chief Economist AMRO, Hoe Ee Khor dalam konferensi pers secara virtual, Selasa ini.

“Namun demikian, ekonomi ASEAN+3 saat ini lebih tangguh dan terdiversifikasi dibandingkan saat menghadapi guncangan global di masa lalu, dan lebih siap untuk menghadapi tantangan tarif yang sedang berlangsung ini,” ujarnya. 

Dampak dari kebijakan AS ini tidak main-main. Dari 14 anggota ASEAN+3, 13 negara terdampak langsung dengan tarif tinggi yang rata-ratanya mencapai 26 persen. 

Hal tersebut diperkirakan memperlambat laju perdagangan, mengganggu rantai pasok, dan membuat pasar keuangan makin tidak stabil.

Namun, ASEAN+3 masih punya banyak amunisi. Ekonomi domestik yang kuat, inflasi yang rendah, serta peluang pelonggaran kebijakan moneter membuat negara-negara di kawasan tetap memiliki daya tahan.

“Meski menghadapi guncangan perdagangan, ASEAN+3 memasuki masa sulit ini dari posisi yang relatif kuat,” tulis laporan tersebut.

Sebelum pengumuman tarif baru AS, pertumbuhan kawasan diperkirakan berada di atas 4 persen pada 2025–2026. Namun skenario terbaru bisa menurunkannya menjadi di bawah 4 persen tahun ini dan bahkan hanya 3,4 persen pada 2026.

Meski begitu, AMRO menyebut, struktur ekonomi kawasan kini lebih sehat. Ketergantungan terhadap ekspor ke AS terus menurun, dari 24 persen di periode 2000 menjadi hanya 15 persen saat ini. Pasar dalam negeri dan perdagangan antar negara ASEAN+3 justru tumbuh pesat.

Tak hanya menghadapi tantangan jangka pendek, AMRO juga menekankan pentingnya reformasi struktural untuk memperkuat pertumbuhan jangka panjang.

“Revitalisasi reformasi struktural dan peningkatan produktivitas sangat penting untuk membuka potensi pertumbuhan kawasan yang belum tergarap,” kata Kepala Regional Surveillance AMRO, Allen Ng.

“Percepatan digitalisasi, transisi menuju ekonomi hijau, dan peningkatan produktivitas akan membantu ASEAN+3 mempertahankan pertumbuhan yang tangguh dan berkualitas tinggi," ujarnya.

Beberapa prioritas yang disorot AMRO di antaranya peningkatan industri, investasi di energi terbarukan, peningkatan produktivitas sektor jasa, serta kerja sama lebih erat dalam perdagangan digital.

Meski dunia tengah berada dalam pusaran perang dagang, AMRO percaya ASEAN+3 punya keunggulan untuk tetap bertahan.

“ASEAN+3 telah berulang kali membuktikan ketangguhannya dalam menghadapi guncangan global,” kata Khor.

“Dalam lanskap perdagangan yang volatil ini, persatuan dan aksi yang terkoordinasi akan menjadi kunci. Tidak ada pemenang dalam perang dagang—namun bersama-sama, kita dapat keluar dari krisis ini dengan lebih kuat,” tuturnya.

(Fiki Ariyanti)

Topik Menarik